REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Siapa pun punya hak jadi presiden, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa.
Pernyataan itu disampaikan Hatta ketika mendapat pertanyaan dari seorang mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Makassar, dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengembangan Wirausaha Inovatif Berbasis Teknologi di Gedung Pola, Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jumat (28/6).
Saat itu Hatta menjadi pembicara kunci. Ia ditanya terkait cita-citanya menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 dan visi pembangunan yang hendak dibawa Hatta jika terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia kelak.
Pertanyaan itu dilontarkan lantaran di Indonesia beredar pameo jika Presiden RI hanya berasal dari Tanah Jawa. Kalaupun BJ Habibie sempat menjadi Presiden RI ketiga, saat itu kondisi sedang darurat kepemimpinan, dimana Habibie ditunjuk menjadi presiden usai Soeharto memutuskan meletakkan jabatan Presiden setelah 32 tahun berkuasa.
Apalagi, Habibie yang putra asli Sulawesi Selatan itu menjabat sebagai Presiden hanya sampai 1999. "Pertanyaan saya, mampukan Hatta Rajasa meyakinkan orang Jawa menjadi Presiden karena orang jawa sangat dominan di Indonesia," tanya sang mahasiswa.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Hatta yang kini menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional menjawab lugas, "UUD 1945 menyatakan syarat menjadi Presiden adalah Warga Negara Indonesia."
Menurut Hatta, dari suku, agama maupun ras apapun, seseorang yang berstatus sebagai WNI berhak menjadi Presiden. Hatta menjelaskan di dalam Alquran disebutkan kekuasaan itu milik Allah Subhanahu wa ta'ala. Apabila Allah telah memutuskan memberikannya kepada orang yang dituju, maka jadilah dia.
"Tuhan tak akan berikan kepada yang tidak mampu. Kuncinya, Allah yang punya kuasa dan siapa pun punya hak jadi presiden," kata Hatta mengakhiri.