REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Taur Matan Ruak. Ini menjadi kunjungan pertama Indonesia dan kunjungan kenegaraan pertama sejak ia dilantik. Dalam pertemuan tersebut, salah satu topik yang dibahas terkait dengan perbatasan antara kedua negara.
Menlu Marty Natalegawa mengatakan melalui perjanjian terdahulu, 97 persen perbatasan darat Indonesia dan Timor Leste sudah didemakrasi. "Ada tiga titik yang disebut undissolved segments yang selama ini telah dirundingkan dan hari ini satu dari tiga titik tersebut sudah disepakati. Jadi sekarang yang tersisa adalah dua segmen lagi yang masih harus dituntaskan perundingannya," katanya, Jumat (21/6).
Ia mengatakan, kalau garis batasnya sudah ditetapkan melalui pemerintah Hinda Belanda termasuk dengan pemerintahan Portugis. Yang dilakukan adalah demarkasinya di lapangan. Karena itu pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk menuntaskan dua lagi segmen ini. Setelah itu, bergerak untuk membahas masalah perbatasan laut.
Menurut Marty, persoalan perbatasan tidak terbatas pada waktu. Sebab, persoalan tersebut cukup sensitif dan harus ditangani secara lebih hati-hati. Dengan penyelesaian satu titik hari ini, maka akan membuka peluang penyelesaian ke depan lebih mudah.
"Tentunya dengan adanya kepastian perbatasan demarkasi kedua negara maka akan sangat memungkinkan diberlakukannya soft border regime yang memungkinkan masalah di wilayah perbatasan yang selama ini turun-menurun ada interaksi yang kuat bisa saling berkunjung dan seteterusnya. Jadi demarcation plus, sistem perbatasannya diperlunak," katanya.