Senin 17 Jun 2013 21:08 WIB

Sama-Sama Tolak BBM, Buruh dan Mahasiswa Malah Ribut

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Pengamanan kepolisian dalam aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (17/6)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pengamanan kepolisian dalam aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (17/6)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bentrok fisik antara mahasiswa dan buruh terjadi di depan Kompleks Parlemen Senayan, Senin (17/6) sore. Ironisnya bentrokan itu justru terjadi di saat kedua kelompok sama-sama memperjuangkan penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Bentrokan bermula ketika ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa sejak Senin pagi hendak merubuhkan pagar besi pengaman kompleks parlemen. Para mahasiswa mengikatkan spanduk yang mereka bawa ke pagar besi untuk kemudian ditarik bersama-sama.

Melihat ulah para mahasiswa, kelompok buruh mencoba mengingatkan. Para buruh meminta agar mahasiswa tidak bersikap anarkis merubuhkan pagar besi DPR. "Teman-teman jangan lakukan itu. Kita satu komando. Perjuangan kita masih panjang. Jangan ada aksi sendiri-sendiri," ujar perwakilan buruh melalui pengeras suara.

Entah kelompok mana yang memulai tiba-tiba saja aksi saling lempar batu, kayu, dan botol antara dua kelompok massa terjadi. Melihat kejadian ini para koordinator masing-masing kelompok berusaha menenangkan massa. Kericuhan akhirnya hanya berlangsung selama sekitar empat menit dan tidak sempat meluas. "Jangan terpancing. Hati-hati provokasi. Buat barikade masing-masing," teriak koordinator buruh.

Massa yang mulai tenang akhirnya kembali bergabung dalam barisan masing-masing. Bersama-sama mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diputar melalui mobil komando buruh. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement