REPUBLIKA.CO.ID,Perang belasting merupakan perang bersenjata masyarakat Sumatera Barat dengan Belanda. Perang ini hanya berlangsung hari ini 1908. Perang ini diakarenakan penerapan pajak langsung kepada masyarakat.
Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan reaksi keras mengirimkan marechaussee (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.
Perang belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar pada kawasan lain seperti Manggopoh, Lintau Buo dan lain-lain. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari Fort de Kock dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari Tuanku Nan Renceh pada masa Perang Padri.
Perang ini diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia-Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada hari ini di 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial. Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh tentara Belanda. Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka. Dikabarkan pula, kuda neneknya Mohammad Hatta juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung residen Padang pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.