REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Manajemen Merpati Nusantara Airlines (MNA) mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 100 miliar terkait insiden terperosoknya pesawat jenis MA-60 dalam penerbangan dari Bandara Turelelo So'a Bajawa menuju Bandara El Tari Kupang, Senin (10/6).
"Manajemen Merpati mengalami kerugian 10 juta sampai 20 juta dolar Amerika Serrikat atau sekitar Rp 100 miliar sebagai akibat dari insiden tersebut," kata Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines (MNA) Rudy Setyopurnomo kepada wartawan di Kupang, Rabu (12/6).
Dia mengatakan kerugian itu masih seputaran satu unit pesawat jenis MA-60 yang mengalami kecelakaan pada Senin itu. Namun demikian, kerugian itu masih bisa teratasi, karena yang lebih penting keselamatan penumpang.
Dia mengatakan terhadap kejadian tersebut, Manajemen Merpati juga telah menyediakan asuransi bagi 46 penumpang yang ikut dalam penerbangan tersebut dan mengalami insiden.
Rudy mengakui insiden yang terjadi tersebut merupakan musibah yang tidak bisa dihindari. Menurut dia, pesawat MA-60 yang mengalami insiden itu merupakan pesawat tangguh dan canggih yang semua sukucadangnya merupakan produksi Amerika dan Eropa dan dirakit di Cina.
"Jadi sesungguhnya pesawat Merpati MA-60 itu memiliki sukucadang canggih dari Amerika dan Eropa. Cina hanya merakitnya," katanya.
Kendatipun demikian, lanjut dia, insiden itu merupakan musibah yang tidak bisa dihindari meskipun itu pesawat tercanggih buatan negara manapun.
"Tak ada perusahaan pesawat yang membuat pesawat untuk celaka dan tak ada pilot yang menerbangkan pesawat yang mudah jatuh. Itu prinsipnya, karena itu merupakan musibah alam," katanya.
Dia mengatakan pesawat Merpati tipe MA-60 bernomor penerbangan MZ 6517 rute Soa Bajawa-Kupang yang mengalami pendaratan keras (hard landing) di Bandara El Tari, Kupang, NTT, Senin sekitar pukul 09.52 WITA, sebenarnya berada dalam kondisi layak terbang.