Jumat 07 Jun 2013 21:58 WIB

Buya Syafii: Mayoritas Jangan Jadi Beban Sejarah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Hafidz Muftisany
Pembina Yayasan Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif saat memberikan pidato pada acara malam tasyakuran 10 tahun Maarif Institute di Jakarta, Jumat (7/6)
Foto: Republika/Prayogi
Pembina Yayasan Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif saat memberikan pidato pada acara malam tasyakuran 10 tahun Maarif Institute di Jakarta, Jumat (7/6)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif mengingatkan bagaimana pentingnya membangun dialog untuk saling memahami dan mengerti dalam perbedaan. Inilah pentingnya hubungan antarmanusia.

Menurut pria 78 tahun ini, di tengah konflik dan intoleransi saat ini ada perlunya mereka yang mayoritas berkaca dengan apa yang dilakukan kalangan minoritas. Dalam hal positif, tutur dia, menjadi minoritas tidak masalah asalkan berkualitas.

"Karena malu kita kalau menjadi mayoritas hanya menjadi masalah dalam beban sejarah bangsa ini," ujar Maarif yang juga biasa disapa Buya Syafii ini di malam tasyakuran satu dekade Maarif Institute, di Wisma Antara, Jumat (7/6)

Buya menambahkan Maarif institute hanyalah satu lilin kecil dalam mencoba bangkit dari keputus asaan dan kegalauan anak bangsa dengan kondisi yang ada saat ini.

Saat ini, kata dia, tiap orang kehilangan kenormalan, dan mungkin itu juga yang membuat kegalauan Buya, apakah bangsa ini akan bertahan dengan ketidaknormalannya. "Tapi saya yakin dengan Maarif Institute ini, kita tidak perlu berputus asa, ibarat matahari pasti masih akan bersinar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement