Senin 03 Jun 2013 23:20 WIB

Petani Kentang di Jabar, Kesulitan Lahan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Ahmad Heryawan
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Ahmad Heryawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan ribu petani kentang, kesulitan lahan untuk menanam produk pertanian mereka.

Menurut Sekjen Asosiasi Penangkaran Pengusaha Benih Kentang Indonesia (APPBKI) Jabar, Aceng Hasan Mutaqin, dari sekitar 80 ribu petani kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang memiliki lahan hanya sekitar 10 persen.

"Kami kesulitan lahan, jadi datang ke gubernur Jabar untuk meminta bantuan," ujar Acang kepada wartawan usai Audensi dengan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, Senin (3/6).

Aceng mengatakan, petani kentang di Kabupaten Bandung jumlahnya 80 ribu. Namun, sekitar 80 persen atau 10 ribu hektare lahan dikuasai oleh BUMN. Sisanya, 20 persen dijadikan pasar, jalan dan lahan pertanian.

Untuk menanam kentang, dibutuhkan sekitar 2.500 hektare. Selama ini, petani memang ada yang sudah bekerja sama menggunakan lahan BUMN. Tapi, hanya sekitar nol koma sekian persen dari lahan yang dibutuhkan.

Selama ini, kata dia, konflik riak-riak kecil di petani sudah ada. Tapi, untungnya petani ada di Tatar Sunda jadi konflik tersebut tidak membesar karena karakternya relatif sopan. Konflik kecil itu, terjadi di antara sesama petani maupun BUMN.

"Saya takut, teman-teman petani ada konflik, nyerobot. Justru kami minta bantuan gubernur untuk menghindari ini," katanya.

Diakui Aceng, kondisi kesulitan lahan ini tak hanya dialami petani kentang di Kabupaten Bandung. Di daerah lain pun, kondisinya sama. Daerah penghasil kentang, ada di 7 kabupaten/kota. Salah satunya, Garut.

"Setiap satu hektare, bisa menghasilkan produksi kentang sekitar 15 sampai 25 ton. Panennya, setiap 4 bulan sekali," katanya.

Menurut Aceng, petani kentang meminta gubernur membantu sekitar 100 hektare. Karena, akan dijadikan pilot project dulu. Kalau ini sukses  nantinya akan dievaluasi apakah bisa menguntungkan secara financial.

Sistem pemakaian lahan tersebut, kata dia, bisa pinjem pakai sewa, hak guna sewa dan lain-lain. Sistem apa pun yang akan diberlakukan, petani akan mengikuti saja.

"Jabar kan selama ini memasok benih kentang ke daerah lain. Pembenihan kentang di Jabar, jadi wajah nasional," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement