REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Kekhawatiran petani kentang Dieng di musim kemarau ini, seperti munculnya fenomena 'Bun Upas' atau embun yang membeku, ternyata terbukti. Sudah sejak beberapa hari terakhir, butiran embun yang membeku di pucuk-pucuk daun tanaman terlihat pada pagi hari.
''Sudah sejak tiga hari terakhir ini, di Dieng terjadi Bun Upas,'' kata Sekretaris Kelompok Tani Perkasa Dieng, Kabul Suwoto, Selasa (31/7). Bun ini, menurutnya, biasanya akan mulai terlihat antara pukul 02.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Begitu hari terlihat terang, bun itu hilang karena mencair.
''Kadang sore hari, sekitar pukul 18.00 juga terjadi Bun Upas. Tapi kalau sore hari ini tidak pasti, tergantung temperatur sedang dingin sekali atau tidak. Yang jelas, sudah selama sepekan ini selalu terjadi Bun Upas pada dini hari hingga pukul 06.00,'' jelasnya.
Bun Upas ini paling sering melanda kawasan Dieng terutama di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Saat ini, paling tidak ada sekitar 50 hektare lahan kentang yang terpapar Bun Upas. ''Biasanya, kalau tanaman kentang terkena Bun Upas, pasti akan mati. Lama-lama, daun kentang yang tadinya hijau akan menjadi coklat,'' jelasnya.
Dia menyatakan, kalau tanaman kentang itu sudah cukup umur, biasanya petani akan memanen tanaman kentang yang terkena bun upas. Tapi kalau belum cukup umur, maka petani akan mengalami kerugian cukup besar. ''Saat ini, tanaman kentang pertani umumnya baru berusia 2 bulan. Masih terlalu muda untuk dipanen,'' kata Kabul.
Untuk meminimalisir dampak bun upas, beberapa petani petani mulai menutupi hamparan tanaman kentangnya dengan plastik bening. Namun dia memperkirakan, tindakan ini agak terlambat, karena baru dilakukan setelah tanaman kentang terpapar Bun Upas.
Suhu udara di Dieng pada siang hari hanya pada kisara 22-24 derajat celcius. Namun pada malam hari, suhu udara bisa mencapai di bawah nol, atau minus 1 atau 2 derajat celcius.