REPUBLIKA.CO.ID, PLUIT -- Suka tak suka, warga korban pembongkaran tepian waduk Pluit akhirnya pindah. Hingga Kamis (23/5) siang, hanya beberapa warga yang masih bertahan di lokasi. Mereka ingin mau pindah, tapi bingung hendak ke mana.
Area bekas permukiman warga kini hanya tinggal lahan kosong. Beberapa materi bangunan masih tersisa di sana. Pokso yang didirikan warga untuk menolak penggusuran juga sudah rata dengan tanah.
Seorang warga korban penggusuran, Mama Ayu menyatakan, bingung akan ke ke mana. Ia bersedia jika ditempatkan di rumah susun (rusun). Namun hingga sekarang ia belum mendapat pemberitahuan tentang itu. "Saya kasihan dengan anak-anak," kata Mana Ayu.
"Warga sebagian pindah ke rusun, ada juga yang mencari kontrakan," kata Dian, salah satu warga di area pool alat berat di tepi waduk.
Tempat Dian dan suaminya tak tergusur karena mereka di bawah perlindungan pengusaha pemilik pool.
Hanya drum-drum bahan bakar dan bedeng karyawan yang tersisa di pool. Karyawan pool dan keluarga mereka akan dipindahkan oleh pemilik usaha alat berat ke tempat baru tak jauh dari tempat yang sekarang.
"Saya tidak khawatir jika harus pindah, tapi kasihan warga lain yang akhirnya harus pindah ke mana," kata Dian. Ia dan tetangganya terlihat sudah mengemasi barang. Mereka hanya tinggal menunggu instruksi atasan mereka untuk pidah.
Dian ragu rumah susun yang disediakan pemerintah akan cukup untuk menampung semua warga. "Jumlah warga gusuran sangat banyak," kata Dian.