REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Surakarta kini telah berkembang menjadi kota wisata. Salah satu wisata yang dapat dikunjungi warga Surakarta khususnya adalah Sepur Kluthuk Jaladara.
Masinis Sepur Kluthuk Jaladara Sarjuni mengatakan, kereta yang menggunakan bahan bakar kayu bakar ini dibuat tahun 1896. Kereta yang telah dimuseumkan sejak 1920 di Stasiun Ambarawa dioperasikan kembali untuk kereta wisata.
"Kereta ini buatan Jerman digunakan pada masa penjajahan Belanda," ujarnya di Stasiun Purwosari, Surakarta, Sabtu (18/5). Sepur Kluthuk mulai digunakan kereta wisata pada tahun 2009 masa pemerintahan Wali Kota Surakarta Joko Widodo.
Kereta tersebut harus menggunakan air yang cukup banyak agar mampu menarik dua gerbong dengan normal. Sarjuni mengatakan kereta wisata tersebut tidak dijalankan setiap hari.
Kereta baru dapat dioperasikan ketika ada pengunjung yang menyewa. Harga satu paket perjalanan kereta dipatok dengan harga Rp 3,5 juta. Paket tersebut sudah termasuk perjalanan pulang pergi. Selain itu kereta tersebut dapat berhenti di empat tempat yang dikunjungi.
Empat tempat tersebut diantaranya rumah dinas Wali Kota Surakarta Loji Gandrung, Museum Radi Pustaka, Museum Batik Danar Hadi, dan Stasiun Sanggrah. Kemudian kereta akan kembali lagi ke Stasiun Purwosari.
Kereta dengan dua gerbong Cr 16 dan Cr 144 dengan nomor kereta C 1218 dilengkapi dengan penjual makanan Cambuk Rambak. Makanan tersebut berisi ketupat, bumbu kacang dan karak yang terbuat dari tepung wijen.
Selain makanan, di kereta tersebut juga menyediakan minuman jamu dengan dua rasa beras kencur dan gula asem. Saat ini kereta tersebut hanya beroperasi sepanjang enam kilometer saja.
Sementara itu menurut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan kereta tersebut lokomotifnya berasal dari Stasiun Ambarawa. Sedangkan gerbongnya didapat dari Jakarta dan Magelang.