Rabu 15 May 2013 21:07 WIB

Atasi DBD, Semarang Memberdayakan Masyarakat

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya untuk mengatasi demam berdarah dengue (DBD) dengan memberdayakan masyarakat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mada Gautama, mengatakan pemberantasan DBD tidak hanya menggunakan pengasapan (fogging), namun dengan meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Pemberdayaan masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Masyarakat sadar bahwa untuk mengatasi DBD tidak lagi hanya dengan fogging tetapi pemberantasan jentik nyamuk," kata Mada Gautama.

Pemberantasan jentik nyamuk tersebut dilakukan dengan rajin menguras bak kamar mandi, menghilangkan genangan air di pot, dan tempat lain yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk. "Untuk membuang air di sejumlah tempat tersebut diperlukan kesadaran dari masyarakat," katanya.

    

Program pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari program inisiasi penanganan penyakit menular yang berbasis vektor yang akan diterapkan di enam kelurahan dari kecamatan.

Yakni di Kelurahan Kramas (Kecamatan Tembalang), Kelurahan Jatisari (Kecamatan Mijen), Kelurahan Kalipancur (Kecamatan Ngaliyan), Kelurahan Sumurejo dan Sukorejo (Kecamatan Gunungpati), serta Kelurahan Tlogomulyo (Kecamatan Pedurungan).

Dalam program ini, sekitar 56 ribu warga terlibat dan diharapkan dengan cara tersebut angka kasus DBD dapat berkurang. Ia menambahkan, pemangku kebijakan setempat serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga akan terlibat.

"Nanti ada server dan Dinkes Semarang akan menerima data dari rumah sakit, puskesmas, layanan kesehatan baik swasta dan pemerintah, BMKG, serta kader pemantau jentik sehingga nanti akan muncul angka daerah setempat apakah masuk kategori waspada atau siaga sehingga dapat cepat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk," kata Mada Gautama.

Sementara, Rockfeller Foundation, mengucurkan dana Rp 3 miliar untuk program pemberdayaan masyarakat dalam program inisiasi untuk penanganan penyakit menular yang berbasis vector, khususnya masalah DBD.

Project Manager LSM Kalandara, Ira Novina, mengatakan program tersebut bekerjasama dengan DKK Semarang dan LSM Kalandara sebagai pelaksana program di lapangan.

Menurutnya, program yang dilaksanakan di enam kelurahan dari lima kecamatan tersebut berdasarkan angka kasus DBD tertinggi di Kota Semarang. Dengan program ini, diharapkan terdapat perubahan perilaku masyarakat agar dapat menjalankan hidup sehat dan bersih.

"Pola pikir masyarakat harus dirubah karena selama ini fogging dianggap sebagai salah satu alat ampuh membasmi nyamuk DBD. Sebenarnya DBD tidak melulu soal nyamuknya yang harus di foging, tapi yang terpenting jentiknya harus diperangi. Karena itu juga pola hidup sehat masyarakat harus dijalankan, dengan menjaga kebersihan lingkungan," katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement