REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pakar Kriminologi Universitas Hasanuddin, Prof Aswanto menilai, aksi kekerasan yang dilakukan kelompok remaja alias geng motor yang masih duduk di bangsku SMP dan SMA, banyak meniru tayangan kekerasan lewat televisi.
Menurutnya, televisi menjadi salah satu alat yang paling cepat untuk mempelajari beragam isi acara tersebut, baik tayangan yang sifatnya positif maupun yang negatif.
Jika meniru isi tayangan negatif, ujarnya, yang paling berbahaya bila kemudian kebablasan dan tidak segan-segan menjadi lebih beringas.
"Mereka merasa diakui jika melakukan aksi-aksi kekerasannya, apalagi jika dilakukan secara berkelompok maka moral dari individu itu akan berlipat ganda dan cenderung melakukan tindakan-tindakan yang sudah melampaui batas," ucapnya saat diundang Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wisnu Sanjaja membahas kekerasan geng motor di Makassar, Senin (13/5).
Ia khawatir, jika aksi-aksi yang dilakukan kumpulan remaja ini tidak segera mendapatkan pembinaan, maka akan menjadi suatu kelompok ekslusif dan dapat menimbulkan keresahan yang lebih besar lagi.
Karenanya, ia mendesak kepada semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, aparat kepolisian maupun keluarga agar bisa bersama-sama memberikan perhatian lebih kepada anak-anak remaja agar tidak melakukan penyimpangan.