REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan ratusan ribu buruh diharapkan mengundang empati masyarakat yang tidak ikut turun ke jalan.
Pengamat Budaya dan Komunikasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati menjelaskan, bagi masyarakat lain yang merasa tidak masuk dalam kategori buruh, ada baiknya berempati dengan aksi ini. "Masyarakat harap berempati,'' katanya, kepada Republika, Rabu (1/5).
Menurut Devie, tanpa disadari segala fasilitas atau materi yang digunakan sehari-hari seperti makanan, pakaian, kendaraan dan sebagainya merupakan buah karya dari para buruh.
Mereka (buruh) bekerja di pabrik-pabrik untuk memproduksi barang-barang kebutuhan masyarakat. Jadi, kemacetan yang menjadi imbas dari upaya para buruh memperjuangkan aspirasi mereka, dapat dimaknai sebagai sumbangan dukungan publik lainnya kepada para buruh. "Kemacetan itu sumbangan dukungan kepada buruh," katanya.
Devie melanjutkan, karena sepanjang buruh berdemo, nyaris jarang ditemui tindakan-tindakan kekerasan dan pengrusakan, sebab agenda buruh yang jelas. Menurut Devie, pengusaha sudah berupaya keras untuk bisa memenuhi kebutuhan yang layak bagi para buruh. Bagaimanapun tanpa buruh, usaha tidak akan berjalan.