REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kota Yogyakarta pada April 2013 ini mengalami deflasi sebesar 0,30 persen. Deflasi ini terjadi akibat penurunan sejumlah harga kebutuhan pokok.
Meskipun hanya dua kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan, hal tersebut berpengaruh signifikan pada laju inflasi Yogyakarta sehingga menjadi deflasi 0,30 persen. Padahal pada Maret 2013 lalu Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,79 dan pada Februari sebesar 0,93 persen.
Kabid Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik Yogyakarta, Haryana mengatakan, dua kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga adalah kelompok bahan makanan (turun 2,12 persen) dan kelompok sandang (turun 0,55 persen).
"Untuk lima kelompok pengeluaran lain justru mengalami kenaikan harga namun Yogya tetap mengalami deflasi," ujarnya, Rabu (1/5).
Lima kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang naik 0,25 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik sebesar 0,19 persen, kelompok kesehatan naik 0,58 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,04 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,06 persen.
Menurut Haryana, stok bawang putih pada Maret 2013 lalu memang mengalami keterbatasan sehingga harganya naik. Hal ini berpengartuh signifikan pada laju inflasi bulan tersebut. "Namun pada April bawang putih impor telah membanjiri pasar sehingga harganya menurun drastis. Ini yang mempengaruhi deflasi bulan tersebut," katanya.
Kondisi ini kata dia, diimbangi dengan menurunnya harga beras di pasaran seiring masuknya musim panen di DIY. Harga barang lainnya yang mengalami penurunan sehingga berpengaruh signifikanada deflasi Yogya adalah harga emas perhiasan, cabe rawit, dan daging ayam ras.