Jumat 19 Apr 2013 21:00 WIB

Komisi III: Harusnya, Kapolri Dipilih Karena Prestasi

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Yani, saat dimintai keterangan oleh wartawan di gedung DPR, Jakarta. Politisi PPP itu mengaku siap dikonfrontasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait kasus dugaan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Yani, saat dimintai keterangan oleh wartawan di gedung DPR, Jakarta. Politisi PPP itu mengaku siap dikonfrontasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait kasus dugaan "kursi haram".

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Niat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk lebih mengedepankan calon Kapolri yang memiliki kedekatan dengan TNI ditanggapi miring.

Nada tak sepakat datang dari mulut Komisi lll DPR RI. Visi SBY yang mendambakan pengganti Kapolri Jenderal Timur Pradopo nanti memiliki jalinan harmonis dengan militer dianggap sebuah sikap angkat tangan.

"Artinya presiden memang melihat ada masalah antar TNI dengan Polri. Lalu dia ingin agar anak buahnya (Kapolri) sendiri yang menangani masalah ini," ujar anggota Komisi lll DPR RI Ahmad Yani kepada Republika Jumat (19/4).

Yani mengatakan, dengan niatan ini tentu membuat peluang dari seluruh jenderal yang bersaing untuk duduk di kursi tertinggi Polri mengerucut.

"Kapolri itu dipilih karena prestasi (bukan hal lain). Ini malah membuat persaingan di tubuh Polri jadi kasar," ujar dia. Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menyarankan sebaiknya SBY memiliki kriteria lain yang dapat membuat persaingan menjadi sehat.

Misalnya, kinerja yang baik, etos yang menjanjikan dan komitmen yang terpercaya. "Bukan hanya karena dekat dengan militer, lagi pula itu bukan unsur utama,"ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement