Kamis 18 Apr 2013 15:46 WIB

Nelayan Marunda Keluhkan Sulitnya Beli Solar

Rep: Riana Dwi Resky/ Red: Yudha Manggala P Putra
Nelayan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar di atas kapal sebelum melaut di SPBU Pelabuhan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (29/2). (Republika/Wihdan Hidayat)
Nelayan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar di atas kapal sebelum melaut di SPBU Pelabuhan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (29/2). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, CILINCING -- Nelayan di Pantai Marunda, Jakarta Utara, mengeluhkan sulitnya membeli solar.

Salah satu nelayan setempat, Aslik mengatakan, selama bertahun-tahun ia dan teman-temannya hanya bisa membeli solar di pom bensin saat malam hari.  ''Belinya juga nggak boleh banyak-banyak'', ujarnya pada Republika, Kamis (18/4).

Aslik membutuhkan 150 liter untuk perahunya sekali melaut, itupun tergantung jaraknya. Jika ia semakin jauh, maka semakin banyak solar yang dibutuhkannya. Belum lagi karena limbah industri yang membuatnya terpaksa melaut lebih jauh karena habitat ikan cuma ada di atas lima mil.

Hasil melautpun seringkali tidak bisa menutupi biaya operasional yang dikeluarkan, sehingga beberapa nelayan terpaksa alih profesi menjadi kuli bangunan.

Jarak dari pom bensin dari rumah Aslik pun cukup jauh. Satu-satunya yang dekat ada di Pasar Bebek, Cilincing. Ia mengaku, untuk bisa kesana tanpa kendaraan, terasa sangat merepotkan.

Di pom bensin hanya bisa membeli saat malam sebab saat siang hari diperuntukkan pelanggan dengan kendaraan. Nelayan membeli dengan membawa jerigen. Mereka harus mengantri dan pembelian dibatasi.

Jadi, Aslik membeli 10 liter lalu kembali ke rumah, kemudian ke pom bensin lagi, mengantri lagi, membeli lagi, begitu seterusnya. Hingga solarnya mencapai 150 liter. Ia mengaku, solar tidak langka, hanya membelinya yang susah.  Ia berharap ada tempat penyalur solar yang khusus untuk nelayan. Sehingga ia tak kesulitan lagi membeli solar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement