REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan analisa penurunan emisi gas rumah kaca pada Hari Raya Nyepi di Bali. Penelitian dilakukan sepekan sebelum dan sesudah Hari Nyepi, yaitu sejak 7-18 Maret 2013.
Kepala BMKG Sriworo B Harijono mengatakan, ide penelitian ini sangat cemerlang sebab saat Nyepi seluruh aktifitas manusia berhenti total selama satu hari penuh. Selain itu, Pulau Bali juga terisolasi dari luar.
Penelitian dilakukan di lima lokasi di Bali, yakni Negara di barat, Singaraja di utara, Karangasem di Timur, Bedugul di Tengah dan Denpasar di selatan. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan hasil terhadap spesies gas rumah kaca karbon dioksida, dinitrogen oksida dan metana.
Dari hasil penghitungan, diperoleh prosentase penurunan tingkat konsentrasi gas rumah kaca pada saat Nyepi sebesar 33 persen menjadi 375 ppm dari kondisi normal. Rata-rata konsentrasi gas rumah kaca pada kondisi normal adalah 427 ppm.
"Ini adalah pembuktian terukur yang pertama di dunia bahwa adanya penurunan konsentrasi gas rumah kaca akibat penghentian aktifitas manusia," ujar Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Edvin Aldrian saat memaparkan hasil penelitian di Auditorium BMKG Pusat, Kamis (11/4).
Sriworo menambahkan, hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada World Meteorological Organization (WMO) atau Badan Meteorologi Dunia PBB.