Senin 08 Apr 2013 22:18 WIB

Simbiosis Mutualisme Yenny Wahid dan Demokrat

Rep: Ahmad Baaras/ Red: Djibril Muhammad
Yenny Wahid
Foto: Republika
Yenny Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bergabungnya putri almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wachid, ke Partai Demokrat, dinilai dapat mendongkrak popularitas partai yang didirikan Presiden SBY.

Namun menurut dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta, A Bakir Ihsan, hal itu juga bergantung kepada apa yang diberikan Demokrat kepada Yenny.

"Tapi Demokrat-Yenny bisa bersimbiosis mutualisme. Ketika Yenny mendapatkan nilai lebih, secara struktural maupun menjadi caleg, Demokrat juga bisa mendapatkan nilai lebih dari sosok Yenny," kata Bakir kepada Republika, Senin (8/4).

Bakir menyebutkan, semua mengakui Yenny adalah trah politik Gus Dur dibandingkan putri Gus Dur yang lainnya. Karena itu bisa dipastikan, gerbong Yenny akan mengikuti putri Gus Dur itu masuk ke Demokrat.

Hanya saja kata penulis buku-buku politik SBY itu, kalau mau tetap memimpin ke depan Demokrat tidak bisa menggantung urusan partai kepada satu atau dua figur, melainkan harus menjadi kehendak kolektif pengurusnya.

Organisasi sebut Bakir, tidak bisa digantungkan pada person, tapi pada kolektivitas-fungsional partai. "Bergantung pada sosok, tidak akan membuat partai bertahan lama, karena sosok tidak abadi," katanya.

Mengenai kemungkinan terjadinya persaingan antara Ibas dengan Yenny di Demokrat, Bakir menyebutkan hal itu tidak akan terjadi, karena Ibas secara keturunan tidak bisa dilepaskan dari SBY.

Namun begitu sebutnya, Ibas juga tidak bisa serta merta menjadi ketua umum tanpa didukung kemampuannya dalam berorganisasi atau mengelola partai yang sejatinya bisa dimulai dari saat ini.

Bakir banyak menulis buku tentang SBY, diantaranya yakni 'Pemimpin Dipuji dan Dicaci' (Expose, 2013), 'Politik Tidak Hanya Kekuasaan' (Expose, 2012), 'Logika Berpolitik' (Rosdakarya, 2009).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement