Senin 08 Apr 2013 01:05 WIB

Gas Kawah Timbang Mengalir Lewat Retakan Tanah

Kepulan asap putih yang mengandung gas karbondioksida (CO2) terlihat di permukaan kawah Timbang dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jateng.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Kepulan asap putih yang mengandung gas karbondioksida (CO2) terlihat di permukaan kawah Timbang dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan gas yang dikeluarkan Kawah Timbang, Desa Sumberejo, Kabupaten Banjarnegara, tidak lagi mengalir melalui lembah tetapi lewat rekahan tanah.

"Saat statusnya masih 'Waspada', tekanan dalam tubuh Gunung Dieng rendah, sehingga gas mengalir dari Kawah Timbang ke lembah-lembah. Saat ini, dengan gempa-gempa vulkanik yang sering terjadi, tekanan dalam tubuh Dieng menjadi meningkat, asap di Kawah Timbang tegak (dihembuskan ke atas, red.), gas tidak mengalir melalui lembah, tapi melalui pori-pori atau retakan tanah," kata Kepala PVMBG Surono, Ahad (8/3) malam.

Menurut dia, saat dilakukan pengukuran gas di udara bebas pada Ahad pukul 10.20-11.15 WIB dalam radius 300 meter dari Kawah Timbang ke arah tenggara, selatan, dan barat daya, tidak terdeteksi adanya gas berbahaya.

Akan tetapi, pada pengukuran konsentrasi gas di dalam tanah dengan menggunakan pipa sedalam 50 sentimeter, kata dia, diketahui bahwa konsentrasi CO2 di enam lokasi ukur masih tinggi, yakni 0,9 persen volume hingga melebihi skala (over scale), sedangkan gas lainnya tidak terdeteksi (nol, red.).

Disinggung kemungkinan PVMBG akan menaikkan status Kawah Timbang menjadi "Awas" karena gas mulai keluar dari rekahan tanah, Surono mengatakan, hal itu kemungkinan tidak akan dilakukan.

"Cukup 'Siaga'. Saat ini malah banyak yang bertanya kenapa tidak turun ke 'Waspada' karena tidak ada lagi gas berbahaya di udara," katanya.

PVMBG, kata Surono, juga belum bisa menurunkan status Kawah Timbang dari "Siaga" menjadi "Waspada" dalam waktu dekat meskipun saat ini tidak ada lagi gas berbahaya di udara. Menurutnya, hal itu karena gempa di Kawah Timbang masih banyak karena saat berstatus "Normal", rata-rata selama satu bulan gempa vulkanik dalam tidak lebih dari 10 kali dan gempa vulkanik dangkal tidak lebih dari lima kali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement