REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyanggupi menjadi ketua umum Demokrat, diperkirakan salah satu pertimbangannya adalah menyolidkan kembali Partai Demokrat. Dengan latar belakang militer, SBY dinilai tidak terbiasa dengan suasana faksionalisme.
"SBY itu orang yang tidak biasa dalam suasana faksionalisme karena dia terdidik di militer. Militer itu satu," kata pengamat politik LIPI Indria Samego, di Jakarta, Sabtu (30/3).
Tetapi dalam dunia politik, lanjut Samego, SBY mau tidak mau berhadapan dengan faksionalisme. Dari segi pendidikan politik SBY lebih menyukai nuansa harmonis, santun, dan jauh dari kegaduhan. Situasi internal Demokrat yang terpecah, diperkirakan membuat SBY memutuskan bersedia menjadi ketum.
Sejak awal, menurut Samego SBY sebetulnya secara de facto merupakan pemimpin Demokrat. Keputusan terpenting menyangkut partai harus melewati dirinya. Anas Urbaningrum hanya secara yudis formal menjalankan wewenang sebagai ketum.
"Dia (SBY) berharap kalau dia yang mengambil alih semua orang akan tunduk. Karena selama ini orang-orang memang takut sama SBY," ungkapnya.
Namun, sebagai organisasi politik meski telah terpilih menjadi ketum sekalipun, SBY tidak akan bisa lepas dari faksionalisme. Karena faksi-faksi bukan hal yang aneh dan mustahil dalam organisasi jenis apapun.