REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebanyak 40 persen wanita subur di Indonesia mengalami anemia, karena kekurangan zat besi, yang merupakan mikroelemen yang essensial bagi tubuh terutama untuk pembentukan hemoglobin.
Divisi Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM dan Pengurus Besar Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PB Papdi), Dr Nadia Ayu Mulansari kepada pers di Jakarta, Rabu, mengatakan, anemia terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.
Jika kadar hemoglobin darah berkurang, maka kadar oksigen dalam darahpun akan berkurang. Hal ini disebabkan oksigen kehilangan kendaraan untuk beredar ke seluruh tubuh, katanya.
Dalam jangka panjang, menurut Nadia, anemia dapat merusak sistem kekebalan tubuh, mengganggu kerja organ vital dan memicu berbagai penyakit berbahaya.
Misalnya anemia menyebabkan jantung meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan jumlah darah yang beredar. Jika terjadi dalam waktu lama jantung akanb mengalami perubahan bentuk berupa otot jantung yang dapat memicu terjadinya gagal jantung, jelasnya.
Ia menambahkan, gejala anemia adalah kulit dan mata yang pucat, rambut rontok, mulut dan kerongkongan kering, tubuh olemah, mudah sakit, napas pendek, jantung berdedar dan sulit konsentrasi.
Gejala anemia baru dirasakan pada stadium lanjut, meski kekurangan zat besi sudah terjadi sejak stadium wal, ujarnya.
Nadia mengatakan, anemia dapat terjadi pada siapa saja dan segala usia. Tiga dan empat orang di dunia mengalami kekurangan zat besi.
53 persen pada anak usia sekolah, 51 persen pada wanita hamil, dan 48 persen anak-anak dibawah usia dua tahun, serta 35 persen pada anak usia pra sekolah. Di Indonesia 40 persen pada anak usia subur mengalami anemia, katanya.
Meski demikian, lanjut Nadia, perempuan cenderung lebih berisiko terkena anemia ketika sedang hamil, menyusui, haid maupun melakukan diet makanan yang mengadung zat besi. Anemia juga bisa menjadi indikasi awal kanker, ujarnya.