REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Nasional, Nia Elvina, menilai apabila Susilo Bambang Yudhoyono atau Ibu Ani Yudhoyono mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, dalam perspektif sosiologi, kondisi itu mencerminkan rendahnya kepercayaan di tubuh partai tersebut.
"Ini juga merupakan salah satu ciri suatu partai yang akan mengalami keruntuhan. Sebab, jika kepercayaan di antara kader partai sangat rendah, maka politik yang berkembang masif, dan politik konspiratif," katanya di Jakarta, Rabu (27/3).
Menurut dia, masyarakat juga akan mengenang SBY lebih mengutamakan partai, ketimbang 'concern' mengurusi rakyatnya, yang banyak masih miskin. Anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan utang atau janji kepada rakyat ketika kampanye dulu belum banyak terwujud, terutama program-program yang sangat mendasar bagi kemajuan bangsa, seperti reforma agraria.
Sebagai seorang presiden atau pemimpin Indonesia, kata dia seharusnya konsentrasi penuh untuk kepentingan rakyat, dan kemajuan bangsa. Ketika SBY sudah terpilih menjadi Presiden 2004, katanya, peran dan statusnya sudah melampaui, tidak hanya sebagai seorang ketua umum Partai Demokrat.
Menurut dia, SBY harus melakukan refleksi, dan jangan terlalu mendengarkan sanjungan di sekitarnya, tetapi sering turun ke bawah melihat perkembangan rakyatnya. "Jika tidak, yang dikenang dari SBY nanti adalah pemimpin yang hanya memusatkan pada kepentingan golongannya sendiri," katanya.