REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengaku prihatin di wilayahnya selalu tumbuh kekerasan etnik, baik antarmahasiswa maupun antaretnik. Termasuk insiden penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan.
''Kenapa persoalan selalu diselesaikan dengan kekerasan secara fisik, tidak dengan dialog? Saya tidak tahu kenapa di Yogyakarta mudah terjadi kekerasan dalam bentuk apapun? Saya punya kekhawatiran kalau persoalan diselesaikan dengan kekerasan fidik pasti ada korban," kata Sultan di Yogyakarta, Selasa (26/3).
Raja Kraton Yogyakarta ini juga mempertanyakan apakah masyarakat Yogyakarta sudah brutal alias tidak mengerti peradaban?
''Katanya Yogyakarta kota pendidikan, kota budaya, banyak mahasiswa yang ada di Yogyakarta. Tapi, sering kali semua berperilaku dengan kekerasan. Saya tidak mau kekerasan itu terjadi (lagi). Pemerintah mosok kalah dengan pelaku kekerasan,'' ujar Sultan.