Kamis 21 Mar 2013 21:56 WIB

Nasib 1.924 Petambak Bratasena di Pengungsian

Rep: Mursalin Yasland / Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pascabentrok pada 12 Maret lalu, sebanyak 1.924 orang petambak Bratasena masih bertahan di pengungsian, Kamis (21/3). Anak-anak petambak pun terpaksa tinggal di Gedung olahraga (GOR) tempat pengungsian.

Ribuan petambak udang Bratasena milik PT Central Pertiwi Bahari (CPB), mengungsi karena ketakutan terjadi aksi kekerasan terhadap petambak yang tidak mengerti apa-apa. Sekolah pun ditutup dan terpaksa masih diliburkan, karena kondisi keamanan di dalam kampung tambak udang ini masih mencekam.

Kepala Komunikasi PT Central Proteinaprima (CPP), George Basoeki, saat dikonfirmasi Republika, Kamis (21/3), membenarkan kalau masih banyak petambak dan keluarga mengungsi di GOR milik PT CPB. "Petambak takut pulang ke rumah, dan anak-anaknya terpaksa belajar di GOR," kata George Basuki.

Menurutnya, masih ada aksi sweeping dan penghancuran rumah karyawan maupun plasma secara brutal dilakukan pihak kelompok petambak lain. Bahkan, ada pula beberapa petambak yang dibakar.

Saat ini, kata dia, kondisi petambak sudah tidak beroperasi lagi setelah kejadian bentrok antarkelompok petambak plasma peduli kemitraan (P2K) dengan petambak Forum Silaturrahmi (forsil).

Kondisi petambak dan keluarganya tidak jelas nasibnya. Keterbatasan di pengungsian membuat banyak petambak terserang penyakit. Pemkab Tulangbawang baru bisa memberikan bantuan dapur umum, sedangkan obat-obatan dan air bersih sulit diperoleh.

George Basuki menyatakan lokasi kejadian dan dua kampung di Bratasena, masih dijagat ketat ratusan polisi dari polres dan polda. Meski aktivitas petambak plasma terhenti, namun aktivitas perusahaan masih tetap berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement