REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko Perekonomian pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli, mengatakan Indoenesia ke depan membutuhkan figur pemimpin yang memiliki visi, karakter, dan
kepemimpinan berkelas internasional.
"Pemimpin dengan kriteria tersebut akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang selama ini tidak terselesaikan," kata Rizal Ramli kepada pers di Jakarta, Selasa (19/3).
Menurut dia, persoalan utama bangsa Indonesia masih tingginya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sehingga membuat banyak masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan.
Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh hingga sekitar enam persen, menurut dia, pertumbuhan itu hanya dinikmamti sekitar 5--15 persen penduduk Indonesia sehingga sebagian besar hidup dalam kondisi biasa.
Sekitar 80 persen penduduk Indonesia, menurut dia, hidup dalam kondisi stagnan. "Bahkan, masih ada sekitar 30 juta jiwa penduduk Indonesia hidup miskin," katanya.
Di sisi lain, kata dia, praktik korupsi masih sangat banyak sehingga menyebabkan banyak masyarakat hidup miskin. Menurut Rizal, pemimpin yang berkarakter tegas dan memiliki komitmen pemberantasan korupsi akan mampu mengatasi praktik korupsi sehingga dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.
"IPM bangsa Indonesia saat ini masih jauh di bawah Thailand dan Malaysia. Apalagi jika dibandingkan dengan Singapura yang sudah jauh lebih maju," katanya.
Rizal juga menyoroti perkembangan demokrasi yang memprihatinkan karena justru memunculkan banyak pelaku korupsi. Menurut dia, perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini telah bergeser dari demokrasi prosedural menjadi demokrasi kriminal.
Pergeseran demokrasi tersebut, kata dia, menimbulkan praktik 'mark-up' anggaran negara, bahkan sudah mulai dari perencanaan anggaran.