REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Produksi bawang merah di DIY dalam setahun mencapai 12 ribu ton. Sementara kebutuhan bawang merah penduduk di DIY hanya sekitar 10 ribu ton per tahun. Dengan demikian produksi bawang merah di DIY sebetulnya sudah surplus.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko pada Republika, Selasa (19/3). Produksi bawang merah terbanyak pada waktu musim kemarau yakni bulan Agustus-September yang bisa mencapai 10 ribu ton.
Sementara bulan Januari-Maret petani hanya menanam bawang merah untuk persediaan benih dan hanya seluas 15-20 hektar yang menghasilkan 900-950 kuintal. Karena bulan Januari-Maret musim hujan. Pada bulan Mei juga ada panen bawang merah tetapi jumlahnya relatif sedikit.
Lahan yang digunakan untuk menanam bawang merah di DIY mencapai 1.000 hektar. Lahan tersebut terbanyak di Kabupaten Bantul yakni Sanden, Kretek, kemudian di Kabupaten Kulonprogo di Panjatan, Sentolo dan Wates dan di Kabupaten Gunungkidul di Playen.
Menurut Sasongko, sedikitnya persediaan bawang merah di DIY dan tingginya harga bawang merah kali ini mungkin banyak petani bawang merah yang menjual ke luar DIY. ''Karena harga di luar cenderung tinggi dan kami tidak bisa melarang petani untuk menjual ke luar DIY,''katanya. Harga normal harga bawang merah di DIY sekitar Rp 10-15 ribu per kilogram.
Ada berbagai varietas bawang merah yang ditanam oleh petani bawang merah DIY antara lain: piron yang cenderung tahan bila ditanam di musim penghujan, crok kuning yang merupakan varietas Bantul yang dikembangkan oleh masyarakat lokal. Di samping itu masyarakat juga ada yang menanam varietas Brebes, biru lancurm parababas. ''Kalau dari segi kualitas bawang merah di Bantul dan Brebes relatif sama dan kadang bawang merah Bantul juga dijual ke Brebes,''tuturnya.
Lebih lanjut Sasongko yang baru sekitar sebulan menjadi Kepala Dinas Pertanian DIY ini mengakui untuk menanam bawang merah membutuhkan biaya yang tidak sedikit yakni mencapai Rp 50-60 juta per hektar. Produksi bawang merah setiap hektarnya rata-rata sekitar 8-9 ton dan maksimal 12 ton.
Sementara itu untuk bawang putih petani di DIY khususnya di Gunungkidul pernah mencoba tetapi hasilnya tidak bagus yakni kecil-kecil sehingga tidak banyak diminati. Bawang putih lebih cocok ditanam di daerah subtropis, katanya. Karena itu kebutuhan bawang putih di DIY tergantung dari impor, tetapi bukan hanya impor dari Cina, melainkan ada juga yang produksi dari dalam negeri yakni Tawamangu dan Tegal Jawa Tengah