Rabu 13 Mar 2013 23:09 WIB

Masyarakat Harus Bantu Militer Jaga Keamanan

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Karta Raharja Ucu
Anggota Polisi/ilustrasi
Foto: ist
Anggota Polisi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosilog Musni Umar menyatakan akar gejolak keamanan yang terjadi beberapa waktu terakhir, lahir dari masyarakat.

Menurutnya semakin setiap individu sadar akan fungsi masing-masing dengan positif, maka kehidupan bermasyarakat bakal berjalan tentram. Muara ketentraman itu adalah kehidupan sosial, sehingga masyarakat perlu mereduksinya.

Musni mempersepsikan semua ini adalah soal ketahanan sosial, yang artinya pemerintah, polisi, militer dan tentu saja masyarakat harus bahu membahu menjaganya. Kekompakan diyakini Musni mutlak diperlukan agar Indonesia tetap stabil meski goncangan terjadi dimana-mana.

“Masyarakat pun perlu ambil bagian agar keamanan tetap kuat terjalin. Mulailah dari sering melaporkan adanya tindak mencurigakan dan tetap berusaha untuk tidak ikut terjerumus menjadi bagian dari eleman yang justru merusak keamanan,” kata dia kepada ROL, Rabu (13/3).

Musni Umar menyatakan di tahun politik 2013, dinamika keamanan di Indonesia mulai bergelombang. Sejumlah tragedi di beberapa daerah seperti tewasnya beberapa anggota TNI di Papua dan bentrokan antara TNI dengan Polri di Sumatera Selatan, menurut Musni adalah sinyal kuat kondisi sosial Indonesia sedang goyah.

Tak hanya itu, desakan dibubarkannya Densus 88 menurut Musni juga menjadi polemik di masyarakat. Sebab sebagian masyarakat sudah kadung percaya Densus 88 adalah pasukan yang mampu membasmi terorisme, tapi tak sedikit yang merasa keberadaan Densus 88 justru melahirkan terorisme-terorisme baru.

Musni menyatakan semua peristiwa itu dinilai mengganggu kestabilan nasional dan dikhawatirkan membuat warga Indonesia kehilangan rasa aman untuk hidup. Padahal, perasaan aman adalah salah satu penopang primer yang wajib dimiliki setiap manusia dalam proses berkehidupan.

Lebih jauh Musni menuturkan labilnya kondisi keamanan di Indonesia saat ini sedikit banyak telah menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Khususnya di Jakarta sebagai pusat Indonesia. Kota ini menjadi pertemuan ragam kepentingan yang saling beradu, sehingga wajar banyak sekali benturan dimana-mana,” kata Direktur Eksekutif Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED) ini.

Musni mencontohkan warga Jakarta lambat laun akan kehilangan ketentraman untuk hidup. Sebab kondisi kemanan yang kondusif tidak kunjung dapat dicapai untuk kemudian bisa dirasakan masyarakat.

Karenanya ia mengaku berharap polisi dan militer bisa berperan maksimal memberikan rasa aman kepada warga. “Tapi ada satu komponen juga yang justru keterlibatannya lebih besar dari pihak manapun dalam menciptakan keamanan. Siapa? ya masyarakat,” kata pengajar UIN Syarif Hidayatullah ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement