Jumat 08 Mar 2013 13:54 WIB

Aljabar: Kekerasan pada Perempuan Harus Dihentikan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dewi Mardiani
Ibu dan Anak (Ilustrasi)
Foto: vavai
Ibu dan Anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan perempuan yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Jawa Barat (Aljabar) menggelar aksi damai di Halaman Gedung Sate, Jumat (8/3). Mereka, meminta kekerasan terhadap perempuan dihentikan. Karena, saat ini kaum perempuan masih menjadi korban ketidakadilan yang diakibatkan peraturan dan kebiasaan.

Aksi ini, digelar untuk memperingati hari perempuan internasional 2013 yang jatuh setiap 8 Maret. "Kami menuntut dihentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan," ujar Juru Bicara Aljabar, Dewi Amelia kepada wartawan pada sela-sela aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Jumat (8/3).

Menurut Dewi, hak perempuan sudah dituntut sejak 100 tahun lalu dalam Konferensi Perempuan Nasional. Hal pokok dalam konferensi itu adalah perjuangan dan kekuatan terorganisir perempuan demi mendapatkan hak atas upah layak, jam kerja, memilih, dan mengakhiri diskriminasi.

Namun, kata dia, semangat antikekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan itu belum sampai di Indonesia. Kondisi itu, menurut Dewi, semakin parah ketika pejabat pemerintahan ikut berkontribusi pada diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Contohnya, Mantan Bupati Garut Aceng HM Fikri malah menikahi gadis dibawah umur dalam waktu singkat.

Angka kematian ibu dan bayi di Jabar pun, kata Dewi, saat ini masih tinggi. Berdasarkan data yang ada, sekitar 800 bayi meninggal dunia setiap tahunnya. Ia berharap pemerintah mau memberikan perhatian lebih kepada kaum perempuan. Tindakan tegas perlu diberikan kepada pelaku tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan. N Arie

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement