Jumat 08 Mar 2013 06:59 WIB

Berburu Buku Impor Murah

Rep: Irfan Abdurrahmat/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Pengunjung toko tengah memilih kitab suci Al Quran dan buku agama yang akan dibeli di los buku, Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (16/7).  (Aditya Pradana Putra/Republika)
Pengunjung toko tengah memilih kitab suci Al Quran dan buku agama yang akan dibeli di los buku, Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (16/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Mudahnya mengakses buku elektronik (e-book) di dunia maya, tak membuat penjual buku-buku impor merugi.

Di salah satu sudut kawasan Proyek Senen Jakarta, hampir setiap hari toko buku murah di daerah itu selalu ramai dikunjungi masyarakat. Pemburu buku-buku impor murah di kawasan Senen ini, paling banyak berasal dari kalangan mahasiwa. Mereka kebanyakan mencari buku-buku perkuliahan.

Masri, salah satu pedagang buku impor  di kawasan Senen, saat ditemui Republika terlihat sibuk melayani pelanggannya. Lelaki yang baru tiga tahun berjualan buku di Proyek Senen ini merantau ke Jakarta karena diajak kerabatnya yang juga berjualan buku impor di Senen.

Awalnya, pemuda asal Pariaman, Sumatera Barat ini membuka lapak di daerah Kwitang. Sejak 2003, Nasri dan  sejumlah pedagang buku di Senen berjualan di kawasan Kwitang. "Hampir seluruh pedagang buku disini adalah mereka yang dulunya berjualan di Kwitang," ujar Masri.

Di tokonya, Masri menjual aneka ragam buku. Selain buku perkuliahan terbitan luar negeri, di sela-sela tumpukan bukunya juga terselip beberapa novel-novel terbitan Indonesia.

Namun dia lebih fokus pada penjualan buku impor. Alasannya, buku impor punya pasar dan peminat tersendiri, yakni kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Menurutnya, buku-buku impor kedokteran dan kebidanan memiliki peminat paling banyak.

 "Kalau di Proyek Senen ini buku yang dicari adalah buku kedokteran dan kebidanan, berbeda dengan teman-teman pedagang Kwitang yang lebih banyak menjual buku impor ekonomi dan akuntansi,’’ katanya.

Masri  memperoleh buku-buku impor dari kerabatnya. Dia mengatakan, hampir setiap bulan selalu menerima kiriman buku-buku impor terbaru.

Dari usahanya itu, Nasri  bisa meraih keuntungan yang lumayan setiap bulan. Setelah mengeluarkan biaya sewa tempat sebesar Rp 3 juta per bulan, Masri mengaku masih mendapatkan sisa untuk biaya hidupnya sehari-hari.

Di lapaknya, Masri menjajakan juga novel impor. Namun menurutnya, novel-novel impor kurang laku. "Hanya segelintir orang saja yang membeli novel impor,’’ kata dia.

Wina seorang mahasiswi Akademi Kebidanan Bogor salah satu pemburu buku impor di kawasan Senen. Dia mengaku ke Jakarta hanya untuk mengunjungi Proyek Senen guna membeli buku kebidanan.

"Selain harga yang relatif terjangkau, buku-buku kebidanan terbitan lama juga masih mudah ditemui disini," kata Wina saat ditemui di toko Masri. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement