REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) Bekasi-Pulogadung masih sepi peminat. Pembangunan infrastruktur dan jumlah operasional armada masih menjadi kendala.
Pantauan Republika, shelter yang berada di dalam Terminal Induk Kota Bekasi terlihat sepi. Jikapun ada penumpang, jumlahnya tidak mencapai 20 orang.
Kondisi itu terlihat di pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB yang seharusnya menjadi jam sibuk. Warga Bekasi pun lebih memilih untuk menggunakan moda transportasi yang lain, seperti kereta api ataupun Bus Mayasari Bakti.
Sepinya penumpang ini diamini oleh Sodri, pengemudi salah satu bus APTB Bekasi-Pulogadung. Menurutnya, kondisi ini sudah hampir tiap hari terjadi. Bahkan, jika bukan jam sibuk, dia hanya mengantarkan empat sampai lima orang penumpang.
Dia pun menduga sepinya penumpang lantaran program ini belum tersosialisasi dengan baik. Selain itu, waktu tunggu yang cukup lama membuat warga Bekasi lebih memilih jenis angkutan umum lain.
''Total ada empat bus yang beroperasi. Setiap satu kali perjalanan paling tidak memakan waktu dua jam. Soalnya terkadang masih kena macet juga mas,'' kata Sodri kepada Republika ketika ditemui di Terminal Induk Bekasi, Senin (4/3).
Program APTB Bekasi-Pulogadung ini mulai beroperasi sejak September 2012 lalu. Namun, jika dibanding dengan program sejenis, seperti di Tangerang, program APTB di Bekasi seakan mati suri.
Antusiasme warga Bekasi sangat rendah terhadap program ini. Padahal, program ini bertujuan untuk mempermudah arus orang dari Bekasi ke Jakarta. Selain itu, program ini juga untuk meminimalisasi penggunaan kendaraan pribadi yang menuju ke Jakarta.