Senin 04 Mar 2013 12:55 WIB

‘Caleg Artis, Lihat Kompetensinya Bukan Kecantikannya’

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: A.Syalaby Ichsan
Sekjen DPP PPP, Romy Romahurmuziy (kiri), dan Sekertaris Fraksi PPP, Arwani Thomafi (kanan)
Foto: Antara
Sekjen DPP PPP, Romy Romahurmuziy (kiri), dan Sekertaris Fraksi PPP, Arwani Thomafi (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PPP bidang Komunikasi Arwani Thomafi mengatakan, untuk mencalonkan artis menjadi anggota legislatif harus dilihat kompetensi artis tersebut.

Misalnya kompetensinya di bidang hukum, bidang sosial, maupun  di bidang  ekonomi. Dalam mencalonkan artis menjadi caleg, kata Arwani, jangan hanya melihat penampilan fisiknya saja seperti kecantikannya. “Bukan itu yang dilihat,” katanya di Jakarta, Senin, (4/3).

Dulu, terang Arwani, PPP mengusung artis Okky Asokawati. Namun yang dilihat dari Okky adalah kompetensinya di bidang sosial yang peduli dengan tenaga kerja dan masalah kesehatan di masyarakat. Kompetensi jauh lebih penting ketimbang daya tarik fisik.

Untuk mendorong pendidikan politik di masyarakat, ujar Arwani, caleg baik dari kalangan artis, atlet, maupun akademisi harus mengalami proses kaderisasi yang baik. “Artis tidak bisa langsung menjadi caleg PPP tanpa melalui kaderisasi yang bagus,”ujarnya.

Saat artis mencalonkan diri menjadi  caleg, terang Arwani, masyarakat akan melihat kedekatannya kepada rakyat. Selain itu masyarakat juga akan menilai  kemampuan dia untuk selalu hadir di tengah masyarakat saat dibutuhkan.

“Latar belakang apapun tidak masalah, yang penting kepeduliannya terhadap masyarakat yang diutamakan,”terangnya.

Untuk memenangkan suara, ujar Arwani, banyak strategi yang harus dilakukan. Diantaranya, bagaimana mendekatkan diri kepada para pemilih, didukung oleh partainya melalui strategi yang bagus. “Selama ini tidak semua artis yang nyaleg pasti memiliki tingkat keterpilihan tinggi,”ujarnya.

Intinya, kata Arwani, artis yang citranya baik di mata masyarakat yang biasanya memiliki keterpilihan tinggi. Namun baik yang seperti apa itu tergantung bagaimana masyarakat menilainya. Sebab penafsiran baik itu juga berbeda-beda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement