REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 menunjukkan jumlah balita pendek atau "stunting" di daerah tersebut mencapai 26,83 persen. Ini setelah melakukan pemantauan status gizi terhadap 25 ribu balita.
Angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2010 sebesar 38,06 persen dan tahun 2009 sebesar 41,15 persen.
"Selain penderita gizi buruk, adanya balita pendek ini juga cukup mengkhawatirkan karena pertumbuhannya tidak optimal dibanding usia yang sebenarnya," kata Kepala Seksi Gizi Dinkes Provinsi Gorontalo, Syafiin Napu, Kamis.
Dinkes bahkan menemukan seorang balita berusia sembilan tahun, namun memiliki tinggi badan rata-rata anak usia dua tahun.
Dengan menggunakan metode antropometri, tinggi badan dibandingkan dengan usia balita. Hasilnya dibaca sesuai standar sehingga bisa diketahui balita tersebut pendek, normal maupun tinggi.
Beberapa faktor penyebab balita menjadi pendek diantaranya adalah kurangnyaasupan gizi, adanya penyakit maupun faktor keturunan.
"Faktor gizi biasanya yang paling menentukan dibanding genetik,'' katanya. ''Ada yang orangtuanya pendek, anaknya bisa lebih tinggi karena status gizi yang baik.''