Rabu 27 Feb 2013 20:02 WIB

Soal Energi, Mega dan SBY Dinilai Omong Kosong

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: A.Syalaby Ichsan
President Susilo Bambang Yudhoyono (right) shakes hand with Megawati during the award ceremony in Jakarta, Wednesday. The later is former presiden who also the daughter of the first Indonesian presiden, Soekarno, who awarded as national hero with former vi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
President Susilo Bambang Yudhoyono (right) shakes hand with Megawati during the award ceremony in Jakarta, Wednesday. The later is former presiden who also the daughter of the first Indonesian presiden, Soekarno, who awarded as national hero with former vi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menilai kritik mantan presiden Megawati terhadap kebijakan energi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono omong kosong.

Bahkan, mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta ini menuturkan, keduanya bertanggung jawab terhadap kebijakan energi nasional yang buruk.

"UU Migas Nomor 22 tahun 2001 yang membuat cadangan menurun, lifting tak meningkat dan BUMN mendapat peran minim dalam bisnis migas justru ditandatangai Bu Megawati," jelasnya pada Republika, Rabu (27/2).

Gas Tangguh di Papua Barat pun dijual murah ke Fujian Chinasaat Pemerintahan Megawati. Pada pemerintahan SBY, dua hal ini juga semakin diperparah. Bukannya mempercepat revisi UU Migas, SBY hingga kini tak kunjung mengubah aturan yang jelas-jelas diputuskan wajib direvisi oleh MK sejak 2004 itu.

"Pada zaman Wakil Presidennya Jusuf Kalla, revisi harga gas ke Fujian juga sudah dirintis," katanya lagi. Tapi kenyataannya, hingga kini harga gas RI ke Fujian cuma 3 dollar AS jauh dibanding harga rata-rata gas 6 dollar AS. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement