REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA -- Almarhum presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto merupakan sosok yang berjasa bagi bangsa Indonesia, khusunya bidang pendidikan.
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyampaikan rasa terima kasih kepada mendiang Soeharto. Itu lantaran Mahfud termasuk salah satu penerima beasiswa Supersemar yang digagas Soeharto.
Dia mendapatkan beasiswa Supersemar saat mengenyam pendidikan sarjana di Yogyakarta. "Kita mendapatkan beasiswa dari yayasan yang dibangun oleh mantan presiden Soeharto," kata Mahfud dalam acara Silaturahim Dewan Pakar,
Majelis Pertimbangan Pengurus Pusat Keluarga Masiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS), di Gedung MK, Rabu (20/2) malam.
Mahfud mengingat, beasiswa pertama dari Yayasan Supersemar didapatnya sebesar Rp 25 ribu per bulan pada 1979. Dia beruntung karena masih mendapat beasiswa saat mengikuti pendidikan S2 dan S3. Yang ironis, sambungnya, banyak di antara mahasiswa penerima beasiswa ikut menjatuhkan Soeharto pada 1998.
"Kalau Pak harto, mungkin punya kesalahan dalam politik. Namun sebagai manusia, kebaikannya itu harus di kenang," kata guru besar hukum tata negara Universitas Islam Indonesia itu.
Mahfud menyitir sebuah ajaran Islam tentang amal yang dilakukan kaum Muslim. Dalam ajaran agama, menurut Mahfud, jika seseorang meninggal amalannya akan terputus, kecuali doa anak shaleh, amal jariyah, dan ilmu yang bermanfaat.
Terhadap amal jariyah, Mahfud mencontohkan, beasiswa dapat dikategorikan sebagai bentuk pengamalan manusia. Pembangunan masjid yang dilakukan Soeharto juga menjadi amalan yang tidak terputus.
"Shodaqoh jariyah, beasiswa ini dari Pak Harto. Lalu ilmu yang bermanfaat, mereka yang menerima beasiswa menjadi orang yang sukses mengamalkan ilmu yang bermanfaat," kata Mahfud. "Jadi kita masih menyumbang pahala untuk Pak Harto," katanya menegaskan.