REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Sejumlah pedagang makanan resah terkait rencana pemerintah untuk menaikkan harga gas LPG 12 kilogram. Bahkan, mereka juga mengeluhkan ketersediaan gas LPG 12 kg yang terkadang sulit didapat.
Bowo (20 tahun), penjaga kedai Mie Ayam Mangga Besar, di Jalan RA Kartini, Bekasi Timur, mengaku, paling tidak dalam sebulan dia harus mengganti lima kali tabung gas LPG ukuran 12 kg.
Dia pun menyesalkan rencana pemerintah untuk menaikkan harga gas LPG 12 kg. Menurutnya kenaikan sebesar Rp 25.400 tidak wajar dan merugikan konsumen.
''Jelas kami keberatan. Kalo mau naikin tuh harusnya yang masuk akal. Kalo naiknya lima ribu atau maksimal sepuluh ribu sih masih gak apa-apa,'' ujarnya ketika ditemui Republika, Rabu (20/2).
Dia pun berharap, pemerintah untuk mengkaji lagi rencana tersebut. Pasalnya, kenaikan itu justru akan membuat pedagang semakin terjepit. Dia pun belum bisa memastikan apakah akan menaikkan harga makanan yang dijual gerainya.
Bowo menambahkan, apabila ada kenaikan harga seharusnya diimbangi dengan ketersediaan gas tersebut. Dia pun mengeluhkan kelangkaan gas LPG 12 kg yang sering terjadi. Dalam sebulan paling tidak dua kali, dia harus menunggu pasokan gas dari agen langganannya. ''Kalau ngambil dari agen yang lain, nggak enak ama agen yang lama,'' tuturnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Hasan (32), pemilik Warteg Agung Sari. Dia juga mengeluhkan kelangkaan gas LPG 12 kg yang kerap terjadi. Namun, kelangkaan tersebut tidak sampai membuat proses memasak di wartegnya terganggu.
Ketika ditanya tanggapannya soal rencana kenaikan gas LPG 12 kg, Hasan sempat kaget. Dia mengaku belum mendengar informasi tersebut. ''Wah, kalau gitu caranya sih, bisa-bisa terpaksa ganti ke gas yang tiga kilo,'' ujarnya.
Edi Yong (66), penjual eceran gas LPG di dekat Pasar Proyek, Bekasi Timur, mengakui, memang sempat ada kelangkaan gas ukuran 12 kg pada bulan lalu. Namun, kini sudah mulai kembali normal. ''Pasokannya sudah lancar lagi kok,'' tuturnya.
Edi mengaku sudah mendengar rencana kenaikan harga LPG 12 kg. Tapi, belum tahu kapan tepatnya kenaikan itu akan dilakukan. ''Kalo harganya naik, pasti permintaan bakal turun,'' ujar pria yang sudah berjualan gas sejak tahun 80an tersebut.
Edi justru mewanti-wanti potensi kelangkaan gas tiga kg, akibat kenaikan harga 12 kg. Pasalnya, orang-orang akan banyak yang beralih ke tiga kg. Apalagi ditambah dengan selisih harga yang lumayan besar antara ukuran tiga kilo dengan 12 kilo.
Edi biasanya menjual gasnya ke restoran dan Hotel Bunga Karang, yang berada di Jalan Kartini. Untuk satu gas ukuran 12 kg, Edi menjualnya seharga Rp 75 ribu. Sementara untuk ukuran tiga kg, Edi menjualnya dengan harga Rp 16 ribu rupiah. Harga itu, menurut Edi, adalah harga pasaran yang ada di sekitar Pasar Proyek.
Lebih lanjut, dia mengaku bingung harus mengambil keuntungan seberapa banyak jika rencana kenaikan itu benar-benar terjadi, pada Maret mendatang. Edi pun tidak bisa berbuat apa-apa dan menerima kondisi tersebut. ''Yah, kami mah penjual kecil, terima aja deh. Mau protes juga paling gak didenger. Lihat kondisi nanti aja deh mas,'' ujarnya.