Rabu 20 Feb 2013 20:02 WIB

Begini Mafia Daging Sapi Impor Bekerja

Rep: bilal ramadhan/ Red: Taufik Rachman
  Pedagang daging melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2).   (Republika/Wihdan Hidayat)
Pedagang daging melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas mengungkapkan adanya mafia kartel dalam perdagangan daging sapi di Indonesia. Busyro juga mengatakan modus-modus dari mafia kartel daging sapi impor yang membuat daging sapi menjadi mahal harganya.

“Ada barrier system yang dilakukan kartel terhadap daging sapi lokal,” kata Busyro Muqoddas dalam acara diskusi di KPK, Jakarta, Rabu (20/2).

Busyro menambahkan mafia kartel dalam bisnis daging sapi ini sangat serius karena mengancam ketahanan pangan dalam negeri. Ia menyebutkan di Jawa Timur pernah terjadi inflasi daging sapi. Padahal dari data statistik, peternak lokal bisa mencukupi sebanyak 93 persen kebutuhan daging dalam negeri.

Salah satu modus dari mafia kartel ini, misalnya sejumlah peternak sudah bersiap mengirimkan sapi potong ke Jakarta atau ke Pulau Jawa. Namun karena mafia kartel ini mengetahuinya yang berlaku sebagai tengkulak kemudian diboronglah dengan harga Rp 6 juta per ekor. Di Jakarta kemudian dijual lagi menjadi sebesar Rp 11-12 juta per ekornya.

Kalaupun sapi potong ini telah tiba di Jakarta, mafia ini sudah membatasinya dengan meminta RPH-RPH untuk tidak menerima sapi potong. Mafia ini memberikan fee lebih besar jika RPH hanya mau menerima sapi impor untuk dipotong di RPH tersebut. Hal ini berdasarkan temuan KPK  ada lima RPH yang dibiarkan ‘menganggur’ atau kosong karena tidak menerima sapi lokal.

Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya Perda (Peraturan Daerah) yang melarang sapi betina untuk didistribusikan ke luar pulaunya. Sedangkan wilayah produksi tidak diarahkan untuk menghasilkan daging beku yang dapat tahan lama.

“Perbaikan sistem transportasi sangat dibutuhkan. Ini menjelaskan bagaimana sulitnya sapi potong asal NTB masuk ke Jakarta dibandingkan sapi yang berasal dari Darwin (Australia),” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement