REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi menyatakan proyek pembangunan sarana transportasi masal atau "mass rapid transit" dilanjutkan.
"Proyek ini (MRT) lanjut. Bahkan, harus dimulai secepatnya. Saya targetkan seluruh urusan administrasi rampung pada akhir bulan ini, sehingga Maret, pembangunan MRT sudah berjalan," kata Jokowi usai melakukan public hearing mengenai MRT di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu.
Terkait pembangunan MRT, Jokowi juga berencana membentuk tim khusus yang melibatkan masyarakat dalam hal kajian dan evaluasi transportasi masal tersebut.
"Tim khusus ini sengaja dibentuk agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dapat dengan mudah melakukan pendekatan dengan masyarakat terkait pembangunan MRT. Masyarakat memang harus, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan," ujar Jokowi.
Dengan dilibatkannya masyarakat dalam proyek tersebut, Jokowi berharap masyarakat dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana transportasi umum, seperti MRT.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Kepala Perencanaan Operasi Pelaksanaan PT MRT Jakarta Rachmadi menuturkan pihaknya telah melakukan kajian untuk pembangunan MRT, terutama terkait model yang akan digunakan, yaitu layang atau elevated dan bawah tanah atau underground.
"Model bawah tanah lebih rumit, karena selama masa pembangunannya harus dilakukan penutupan jalan di Jalan Fatmawati selama kurang lebih dua tahun. Akan tetapi, hal ini dapat menimbulkan kemacetan dan mengganggu lalu lintas," tutur Rachmadi.
Sedangkan, lanjut Rachmadi, model layang relatif lebih mudah untuk dilakukan karena hanya membutuhkan lahan selebar tiga meter untuk pembangunan tiang.
Sebagai informasi, pembangunan MRT tahap pertama dengan rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) memiliki total panjang lintasan 15,7 kilometer.
Rencananya, sepanjang 9,8 kilometer dari total tersebut akan menggunakan model MRT layang atau elevated, sedangkan 5,9 kilometer sisanya akan menggunakan model bawah tanah atau underground.