REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sebanyak 35.222 warga dari tiga Kelurahan, Kedaung Baru, Kedaung Wetan, dan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, krisis air yang layak di minum. "Saya tidak bisa minum air tanah," Ujar Nurjaya, warga RT 04/ 02 Kelurahan Kedaung Baru, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (15/2)
Nurjaya mengatakan, air yang ke luar awalnya masih jernih, tapi dalam jangka setengah hari air tersebut berubah menjadi kuning pekat.
Menurut Nurjaya, semenjak ada limbah sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Rawakucing, Tangerang, air tidak bisa dikonsumsi lagi. Seluruh Kelurahan Kedaung dan Mekarsari kena dampak.
Nurjaya sejak 1985 tinggal di Kelurahan Kedaung Baru menjelaskan, sebelum 1990 air masih layak untuk diminum. Ketika beranjak pada2000, air mulai berubah warna jika dibiarkan. Buktinya keramik di kamar mandi yang dahulu berwarna putih, sekarang berubah warna menjadi kuning karena karat air. "Kalau kuning untuk mandi saja tidak bisa," ujarnya.
Hampir setiap hari Nurjaya mengeluarkan uang Rp 5 ribu untuk membeli air bersih. Untuk satu jeriken air dikenakan biaya Rp 1.500. Tapi tidak mungkin membeli hanya satu jeriken. "Saya kan punya enam anak, tidak mungkin cukup," katanya
Nurjaya menambahkan, sudah sering warga ingin berusaha menghentikan operasi TPA Sampah Rawakucing karena tidak ramah lingkungan, tetapi selalu berhenti di tengah jalan karena warga tidak kompak. Nurjaya hanya ikut forum RW untuk menyalurkan aspirasinya sebagai warga yang terkena imbas pencemaran lingkungan.
Nurjaya mengaku sudah sepuluh tahun lebih tidak bisa menggunakan air untuk minum. Dia pernah mencoba, setelahnya diberitahu tetangganya kalau menggunakan air yang tercemar limbah berbahaya. Sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah untuk mengadakan air bersih gratis. "Camatnya saja jarang melihat kemari, apalagi pemerintah," ujarnya
Sementara, Tian Eng warga RT 03/06 Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang Selatan, Banten mengatakan, masih bisa menggunakan air untuk mandi dan menyuci pakaian. Tapi tidak untuk air minum, Tian Eng harus memberi air isi ulang setiap hari karena airnya mengandung karang. "Ketika dimasak rasanya berbeda, dan warnanya agak berubah," ujarnya.
Camat Neglasari Boyke Akhmad Syafei menjelaskan, tidak dapat berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhan warga akan air. Dia mengakui memang air di Neglasari tidak dapat diminum.
Sampai saat ini, Boyke tetap melakukan permohonan pengadaan air bersih. ada tiga Kelurahan yang dekat dengan TPA Rawakucing, yang paling dekat Kelurahan Kedaung Baru hanya berjarak kurang lebih 200 meter, jumlah warganya 9.931, untuk Kelurahan Kedaung Wetan 16.181, dan untuk Mekarsari 9.108 warga. "Kita tetap berusaha kok," katanya.
Menurut Boyke, memang ada efek dari beroperasinya TPA Sampah Rawakucing terhadap perubahan air. Apalagi Rawakucing sudah lama berdiri. "Saya pikir ada rembesan limbah, kalau baru beroperasi pasti akan baik-baik saja," ujarnya. Sampai saat ini Pihak DKP dan PDAM Kota Tangerang belum bisa dikonfirmasi Republika.