Jumat 15 Feb 2013 06:00 WIB

Ibas Mundur untuk Maju?

 Anggota FPD Edhie Baskoro Yudhoyono melambaikan tangan usai menyatakan mundur dari anggota DPR di Kompleks Parlemen Senayan,Jakarta, Kamis (14/2).   (Republika/ Tahta Aidilla)
Anggota FPD Edhie Baskoro Yudhoyono melambaikan tangan usai menyatakan mundur dari anggota DPR di Kompleks Parlemen Senayan,Jakarta, Kamis (14/2). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Edhie Baskoro Yudhoyono semakin ramai saja dibicarakan banyak orang. Putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu terus menjadi buah bibir. 

Ibas, begitu Edhie Baskoro Yudhoyono biasa dipanggil sehari-hari. Sosoknya yang tidak banyak bicara berbanding terbalik dengan kelakuannya yang menimbulkan banyak pembicaraan masyarakat luas. 

Seakan tidak ada habisnya anak menantu Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Perekonomian) Hatta Rajasa ini menjadi headline alias berita utama di berbagai media massa. Kabar paling hangat tentu saja keputusannya untuk mengundurkan diri sebagai anggota Komisi I DPR RI. 

"Kepada saudara-saudara saya, yang memilih saya dalam Pemilu 2009 lalu, saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja samanya. Saya juga minta maaf karena 1,5 tahun yang akan datang ini saya terpaksa mengundurkan diri karena harus berkonsentrasi pada tugas politik saya yang lain," kata Ibas dalam jumpa pers di kantor Fraksi Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (14/2) siang.

Ibas resmi pamit dari gedung parlemen yang berlokasi di Senayan. Suami dari Aliya Hatta Rajasa ini berharap perjuangan yang dilakukannya selama jadi anggota Komisi I DPR RI untuk daerah pemilihannya, yakni Jawa Timur VII, bisa dilanjutkan oleh penerusnya yang akan dipilih melalui mekanisme pergantian antarwaktu (PAW).

Sontak keputusan mundur Ibas ini menjadi tanya besar di masyarakat luas. Apa benar Ibas mundur karena ingin berkonsentrasi mengurus Partai Demokrat? Atau, justru sebaliknya pengunduran diri ayah dari Airlangga Yudhoyono ini terkait dengan kabar santer yang mengatakan dirinya akan menggantikan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat?

Tanda tanya besar di kepala. Sayangnya, jawaban untuk pertanyaan tersebut masih sulit didapat. Jejak politik yang dilakukan Ibas mengundang penasaran banyak orang, termasuk Republika. 

Republika menduga Ibas mundur ingin 'memperbaiki citranya' karena beberapa hari sebelumnya ia bolos dari sidang paripurna DPR. Apalagi bukan rahasia lagi kalau Ibas jarang terlihat di lingkungan kompleks parlemen. 

Terbukti melanggar salah satu poin dari 10 poin Pakta Integritas yang digaungkan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus ayahnya sendiri, SBY, mungkin mundur adalah jalan stau-satunya yang terbaik bagi Ibas saat ini.

Usai mundur, Ibas tentu tidak akan berdiam diri apalagi jabatan dia cukup bergengsi yakni Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Jadi rasanya sah-sah saja jika sebagian orang menebak keputusan mundur Ibas dari DPR RI untuk memuluskan langkahnya melengserkan Anas dari singgasananya. 

Apalagi dukungan kekuatan terhadap Ibas tidak sedikit. Ditambah lagi, posisi Anas yang sedang terpojok karena sedang 'diobok-obok' oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga terlibat mega proyek Hambalang.

Namun, tidaklah mudah bagi Ibas jika ingin menggantikan posisi Anas. Apa pasal? Tiga kandidat kuat lainnya ada di depan mata, sebut saja yang ramai disebut nama Pramono Edi Wibowo, Mahfud MD, dan Marzuki Alie.

Menyoal kabar santer rencana penggulingan Anas ini, buru-buru ditangkis oleh salah satu nama yang digosipkan jadi kandidat, Marzuki Alie. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini menegaskan bahwa tidak ada wacana dari partai untuk mengganti Ketua Umum Partai Demokrat dari tangan Anas. 

"Saya sampaikan dan perlu saya tegaskan bahwa tidak ada wacana atau pembicaraan untuk mengganti ketua umum," tegas Marzuki.

Namun, kita tidak pernah tahu kemana arus politik, apakah benar pernyataan Marzuki tersebut. Terlebih lagi dunia politik itu sangat kejam. Dalam hitungan detik apapun bisa saja terjadi. 

Lantas, apa benar Ibas mundur dari DPR RI untuk maju menjadi Ketua Umum Partai Demokrat? SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tentu saja harus bersikap arif dan bijak, serta tidak asal mengmbil keputusan.

Pasalnya, citra SBY dipertaruhkan jika benar 'memuluskan' langkah Ibas untuk menduduki jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Sangat berisiko dan tidak masuk akal jika SBY menunjuk anaknya sendiri. 

Kita tunggu episode perjalanan Ibas selanjutnya di panggung politik yang tidak pernah sepi dari sorotan publik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement