REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Seorang imigran asal Sri Lanka yang sakit setelah terdampar di pantai Nusakambangan Kabupaten Cilacap, akhirnya meninggal.
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Cilacap Edi Rohaedi menyatakan, imigran yang meninggal bernama Sithy Safeeka Abdul Jabar (30).
Shity di RS Panti Rapih Yogyakarta, Rabu (13/2) malam. ''Dia dirujuk dari RSUD Cilacap, sejak sepekan lalu. Sedangkan sakit yang dideritanya, adalah pembengkakan saluran pernafasan. Paru-parunya membengkak,'' jelas Edi, Kamis (14/2).
Shity sebelumnya dirawat di RSUD Cilacap. Sejak ditemukan terdampar di Pantai Nusakambangan 28 Januari 2013 lalu, dia memang sudah dirawat di rumah sakit bersama anaknya, Ahamed Fatheen (4 tahun).
''Karena penyakitnya ternyata makin berat, maka keduanya dirujuk ke RS Panti Rapih,'' kata Edy Rohaedi. Selama di RS Panti Rapih, keduanya ditunggui suami Sithy, Ahamed Rispiyan.
Namun belakangan, Ahmad Rispiyan juga mengalami sakit, sehingga juga harus ikut dirawat di RS tersebut. Karena itu, pihak imigran kemudian mengizinkan seorang saudara dari keluarga tersebut untuk menunggui mereka di RS.
''Jadi seluruhnya, ada empat orang imigran yang awalnya berada di Yogyakarta. Yang seorang meninggal, dua orang sakit, dan seorang lagi yang menunggui mereka,'' kata Edy.
Dia juga menyatakan, saat ini jenazah Ny Shity masih berada di RS Panti Rapih. Soal apakah akan dimakamkan, masih akan dikoordinasikan dengan perwakilan International Organisation for Migration (IOM).
Mengenai soal rencana pemindahan 18 imigran yang berada di penampungan Imigrasi Cilacap, akan dilakukan pada Kamis (14/2) petang ini. Mereka akan dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Mereka akan diangkut dengan menggunakan bus.
Delapanbelas imigran tersebut merupakan bagian dari 25 imigran asal Srilanka yang akan mengungsi ke Australia, pada 28 Januari 2013 lalu. Mereka mengalami kecelakaan di Samudra Hindia. Kapal mereka yang kehabisan bahan bakar, terombang-ambing di Samudra selama lebih dari 10 hari, sebelum kemudian terdampar di Pantai Nusakambangan.
Namun ketika kecelakaan terjadi, penumpang kapal kayu tersebut, hanya tinggal 22 orang yang masih hidup. Dua oranng sudah meninggal dunia, dan yang seorang lagi nekad terjun ke laut.