Senin 11 Feb 2013 16:50 WIB

Harga Daging Meroket, Pedagang Terancam Gulung Tikar

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
Daging sapi (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Purwakarta terus meroket. Sampai hari ini, harga daging antara Rp 85 ribu sampai Rp 90 ribu per kilogram (kg). Akibat mahalnya harga daging tersebut, permintaan mengalami penurunan. Imbasnya, pedagang mengalami kerugian. Bahkan, terancam gulung tikar.

Sutisna (48 tahun), pedagang daging sapi di Pasar Rebo Purwakarta, mengatakan, sejak lebaran sampai hari ini harga daging terus naik. Bahkan, dua bulan terakhir harganya mulai tak terkendali. Seperti hari ini saja, untuk daging kualitas bagus harganya sampai Rp 90 ribu per kg. Padahal, biasanya (harga normal) hanya Rp 60 ribu per kg.

"Kenaikan harga ini, membuat pedagang stress," ujar Sutisna, Senin (11/2).

Pasalnya, dengan harga yang semakin mahal, maka penjualan mengalami penurunan. Pedagang ditinggalkan konsumen. Akibatnya, daging banyak yang tak terjual. Supaya, daging tersebut tidak busuk, maka perlu ada perlakuan khusus. Yaitu, dengan cara dimasukan ke lemari es.

Namun, cara seperti ini tidak menolong pedagang. Sebab, daging yang sudah didinginkan, harganya menjadi murah. Kisaran, Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per kg. Bila sudah begitu, pembelinya juga hanya kelompok tertentu. Salah satunya, pedagang bakso atau penyedia jasa katering.

Biasanya, lanjut Sutisna, para pedagang daging ini memotong sapi sendiri. Misalkan, seekor sapi dibagi dua pedagang. Dari seekor sapi ini, keuntungan yang diperoleh pedagang minimalnya Rp 500 ribu. Akan tetapi, saat ini keuntungan yang didapat pedagang terus menyusut. Paling besar hanya Rp 300 ribu.

Dengan keuntungan seperti ini, banyak pedagang yang stress. Sebab, penghasilan yang diperoleh berbanding terbalik dengan modal yang dikeluarkan. Maksudnya, keuntungan semakin kecil, sedangkan modal usaha semakin membengkak.

"Saking ruginya, para pedagang sudah tak lagi membeli sapi untuk dipotong sendiri," jelasnya.

Supaya daging tetap tersedia di pasar, lanjut dia, kini pedagang terpaksa membeli daging dalam kemasan boks. Daging tersebut, impor dari luar negeri. Bila membeli dengan kemasan boks, bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti, kebutuhannya sehari hanya satu kwintal, maka belinya tak jauh dari itu. Hal itu, guna mengurangi daging yang tak terjual.

Sementara itu, Sekertaris Ikatan Warga Pasar (Iwapa) Kabupaten Purwakarta, Ahmad Jaelani, mengatakan, jumlah pedagang daging di Pasar Rebo dan Simpang, ada 17 orang. Dari jumlah tersebut, yang terancam gulung tikar mencapai 80 persennya. Mereka merupakan pedagang yang modalnya minim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement