REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Figur calon presiden alternatif pada Pemilu 2014 masih kurang. Demikian penilaian yang dilontarkan pengamat politik Burhanuddin Muhtadi.
"Pemilih kini haus akan figur alternatif, karena mereka jenuh dengan figur-figur lama," katanya dalam konferensi pers yang bertajuk "Dinamika Baru Bursa Capres 2014" di Jalarta, Rabu (6/1).
Burhanuddin menilai kualitas dan fondasi tokoh lama cenderung rendah meski sudah dikenal masyarakat. "Mereka memiliki fondasi yang lemah meski sudah populer di masyarakat. Rakyat ini menunggu figur baru," katanya.
Tokoh lama yang dipanddangnya tidak kokoh memberi peluang kepada tokoh baru. "Bisa dikatakan 'memberi insentif' terhadap figur baru," katanya.
Dia juga menilai pemilih cenderung dinamis menentukan pilihannya dalam pemilu.
"Pemilih ini tidak selalu linier. Bisa saja dia memilih partai tertentu, tetapi capresnya beda. Ini disebut 'split-ticket voters'," katanya.
Burhanuddin menilai sebagian besar pemilih cenderung lebih percaya dengan tokoh yang memiliki latar belakang atau afiliasi yang sama.
"Misalnya, orang muslim lebih memilih capres muslim karena dianggap dapat memenuhi aspirasi mereka, begitu juga etnis Jawa yang lebih suka dengan capresnya yang berasal dari Jawa," katanya.
Namun, dia berpendapat belum ada momentum bagi tokoh lama untuk tampil. Burhanuddin mengatakan figur baru yang dibutuhkan harus dikenal publik baik dalam kuantitas dan kualitas tinggi.
"Dari segi kuantitas dia intens diliput media dan dari segi kualitas juga dipercaya dengan baik oleh masyarakat," katanya. Dia juga menilai media sangat berpengaruh dalam memunculkan figur-figur baru tersebut.
"Pengaruh media ini sangat besar sekali karena media dapat diakses hingga menembus ruang paling pribadi sekalipun bagi penggunanya, seperti dari dalam kamarnya sendiri," katanya.
Namun, dia mengatakan seharusnya media dapat memberikan edukasi politik terhadap masyarakat, terutama menengah ke bawah.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook