Selasa 05 Feb 2013 13:30 WIB

Turis Timur Tengah Sering Mencari Tanaman Ghat

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: M Irwan Ariefyanto
catha edulis
Foto: ekhat.org
catha edulis

REPUBLIKA.CO.ID,Warna daunnya hijau tua dan bergerigi kecil dipinggirannya. Tangkainya kemerahan dengan posisi daun spiral berselang seling. Sementara pucuk daun tanaman ini berwarna hijau lebih muda dengan sedikit kemerahan dipinggirannya.

Tanaman ini disebut Ghat oleh masyarakat di Kampung Bojong Kaung RT 02 RW 12, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tanaman yang paling sering dicari oleh turis timur tengah.

Rully Sandi (43 tahun), warga setempat yang memiliki Ghat di salah satu Villa awasannya. Pria yang lancar berbahasa arab ini bercerita kisah tanaman Ghat yang diperjualbelikan secara bebas di kawasan tersebut.

Rully mengaku sering berbincang dengan turis timur tengah yang datang ke daerahnya. ''Mereka kaget kenapa di sini banyak itu (Ghat), padahal di negara mereka (Arab Saudi), Ghat termasuk barang yang dilarang atau mamnuh (tidak boleh dalam bahasa Arab),'' kata Rully.  

Tanaman Ghat tumbuh setinggi kurang lebih satu meter di pekarangan Villanya. Ia menjelaskan ada tiga tipe Ghat yaitu Ghat KW 1, Ghat KW 2 dan Ghat KW 3. ''Ghat paling mahal atau paling banyak dicari yaitu Ghat KW 1 yang warna tangkainya paling merah, sementara KW 2 tangkainya kemerahan dan KW 3 tidak berwarna merah,'' kata dia.

Turis timur tengah, menurut Rully, hanya mengkonsumsi daun bagian pucuknya saja. Satu plastik kecil pucuk daun Ghat dapat dihargai dengan Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung kondisi ekonomi turis dan proses tawar menawar. ''Mereka biasa mengkonsumsi hanya pucuknya saja, biasanya pucuk langsung dimasukan ke dalam mulut, dikunyah beberapa saat, didiamkan di dalam mulut hingga kurang lebih 10 menit kemudian ampas daunnya dibuang,'' kata Rully.

Sambil melihat-lihat tanaman Ghat, Rully bercerita awal mula penyebarannya di daerah tersebut. Sekitar tahun 1989, seorang warga negara Yaman singgah di Villa Rezeqi, yang terletak di Tugu Selatan. ''Saat ini vilanya sudah tidak ada,'' kata Rully.

Warga negara Yaman tersebut bernama Yahya. Ia membawa tanaman Ghat dalam bentuk pohon yang cukup besar dan menanamnya di pekarangan Vila Rezeqi.

Seiring perkembangan waktu, pada 1998, Ghat mulai diburu para turis timur tengah yang berkunjung ke Puncak. ''Melihat peluang menghasilkan uang, maka warga mulai menanam dan memelihara,'' kata Rully.

Salah satu warga yang cukup serius menanam Ghat, yaitu Ramli (32 tahun). Pria yang berprofesi sebagai petugas keamanan di Hotel Seruni tersebut menanam Ghat sebagai usaha sampingan.

Ramli memiliki lahan yang ditanami Ghat dengan luas sekitar 400 meter. Menaman Ghat tergolong sangat mudah. Dengan hanya menanam bagian pucuk, Ghat bisa tumbuh subur.

Ia mengaku mulai menanam Ghat sekitar tujuh tahun yang lalu atas anjuran temannya. Karena memiliki nilai ekonomis, ia pun ikut menanamnya.

''Dalam satu setengah bulan, stek pucuknya sudah bisa dipanen,'' ujar Ramli. Dalam satu bulan, ia mengaku dapat mendulang Rupiah sekitar Rp 1-3 juta atau bahkan lebih jika sedang banyak warga asing di Puncak.

Ramli menanam Ghat tepat di depan rumahnya seluas sekitar 200 meter dan sisanya di kebun belakang. Ghat milik Ramli didominasi pohon yang sudah tinggi. Dengan rata-rata ketinggiannya mencapai tiga sampai lima meter.

Ia menanam Ghat dengan tanaman lain dikebun depan rumahnya. jika pemerintah resmi melarang penyebaran tanaman bernilai tinggi tersebut, ia akan turut memusnahkannya.

Ghat, seperti diceritakan Rully berdasarkan pengakuan turis-turis kenalannya, memiliki rasa yang kesat. Menurut penuturannya, Ghat memiliki efek seperti Shabu karena menyebabkan kecanduan. ''Lima sampai enam pucuk Ghat jika dikunyah efeknya bisa jadi segar selama tiga hari tiga malam,'' kata dia. Selain itu, nafsu makan berkurang dan hanya ingin minum terus.

Tak hanya itu, efek mengunyah Ghat bisa menimbulkan rasa lebih percaya diri dan optimistis. Terasa seperti terus bersemangat, stamina meningkat, dan tidak merasa capai.

Ubad Badrudin (60 tahun) pemilik Vila Aki di daerah yang disebut warung kaleng ini pun menanam Ghat di pekarangan Vilanya yang seluas 1500 meter. Ia pun mengaku pernah mengkonsumsi Ghat dan biasanya dinikmatinya dengan teh manis. ''Rasanya memang begitu jadi tidak mau tidur, jadi lebih tenang, dan rasanya sepet'' kata dia. Ia pun mengaku memperjualbelikannya dengan turis timur tengah seharga Rp 200 ribu per genggam tangan.

Rully memastikan ada ribuan pohon Ghat yang tersebar di desa Tugu Selatan juga Tugu Utara. Bahkan, menurutnya, di Cibeureum, ada ladang tanaman Ghat seluas 1000 meter. Ia mengatakan yakin 99 persen bahwa Ghat yang tersebar di kawasannya tersebut merupakan catha edulis, sang sumber bahan narkotika, Chatinone yang menjerumuskan Raffi Ahmad ke penjara. ''Kalau pemerintah sudah mengeluarkan peraturan hukum yang melarang tanaman ini, ya kami akan musnahkan bersama-sama,'' kata Rully.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement