REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arab Spring tahun 2012 lalu, menjadi berkah bagi gerakan Ikhwanul Muslimin di sejumlah negara di Timur Tengah. Betapa tidak, pemilu yang digelar pascarevolusi penumbangan para autokrat, membuat larangan kepada partai partai yang berafiliasi dan terinsprasi pada Ikhwanul Muslimin dicabut.
Mereka pun ikut pemilu dan menang. Kemenangan itu bukan hanya di lembaga legislatif, tapi juga eksekutif. Itulah yang terlihat di Mesir, Tunisia, dan Maroko.
Di Indonesia, PKS yang disebut–sebut sebagai partai yang mengadopsi gerakan Ikhwanul Muslimin baru berhasil menguasai dua provinsi, yaitu Sumatra Barat dan Jawa Barat.
Namun, mereka terancam ditinggalkan pendukungnya karena mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, yang juga digadang-gadangkan menjadi calon presiden Indonesia pada pemilu 2014 dijadikan tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging daging sapi pada awal tahun 2013 ini.
Jamaah Ikhwanul Muslimin sendiri berdiri di Mesir pada 1928 dengan pendiri Hassan Al Bana. Pada tahun 1930. Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia.
Atas desakan Ikhwanul Muslimin, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Di Indonesia, partai-partai Islam yang dipengaruhi gerakan Ikhwanul Muslimin di antaranya adalah Masyumi pada masa orde lama dan PKS pada masa reformasi.