REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kepala Bidang (Kabid) Humas Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto membeberkan kronologi kericuhan yang melibatkan antarnarapidana (napi) terjadi di Rumah Tahanan (rutan) Salemba, Jakarta Pusat, Senin (21/1) petang.
Bentrokan di Rutan Salemba dipicu ketidakterimaan pihak kelompok Arek atas tindakan kelompok Ambon yang telah memecahkan lampu di Blok U Rutan Salemba. Di dalam kelompok Ambon ini terdapat salah satu pelaku yang bernama Tutce Kay.
Akibat ketidakterimaan pihak kelompok Arek atas tindakan kelompok Ambon yang telah memecahkan lampu di Blok U Rutan Salemba itu lahirlah pertengkaran antarkedua kelompok tersebut. Kemudian berlanjut aksi saling bentrok kedua kelompok itu.
"Yang diduga pelaku penusukan adalah TK, informasinya mencari saudara Imam S. Arifin," kata Rikwanto di kantornya, Selasa (22/1).
Kericuhan bermula ketika pihak yang dicari Tutce Kay tidak ada di tempat. Karena yang dicari tersebut tidak ada, kemudian kelompok Ambon memecahkan lampu di Blok U Rutan Salemba dan mereka berteriak.
Bentrokan berlangsung di blok D rutan yang berlokasi di Jalan Percetakan Negara tersebut. "Atas hal ini kelompok Arek tidak terima. Kemudian kelompok Arek menyerang kelompok Ambon. Di blok D terjadi baku hantam," jelas Rikwanto.
Akibat peristiwa tersebut, satu korban dinyatakan terkena luka tusuk dan langsung dilarikan ke rumah sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Korban tersebut bernama Badri bin Kasman yang berasal dari kelompok Arek. Badri mengalami luka tusuk sedalam dua sentimeter pada bagian pinggang, sebelah kiri atas.
Usai bentrokan tersebut, Rikwanto mengatakan Tutce Kay dan lima rekannya telah dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur. Pemindahan dilakukan untuk mencegah agar tindak keributan serupa tidak terulang.
Sementara itu, alat yang digunakan untuk menusuk korban Badri hingga saat ini masih dalam pencarian kepolisian. Termasuk kepastian siapa kelima anggota kelompok Ambon lainnya tersebut dan apa peran masing-masing juga sedang diselidiki.
"Kelima inisial belum dipastikan. Kepolisian masih menelusuri," ujar Rikwanto.