Selasa 22 Jan 2013 02:11 WIB

Pelabuhan Perlu Dilengkapi Alat Deteksi Radiasi

Pelabuhan Belawan, Medan
Foto: MATANEWS.COM
Pelabuhan Belawan, Medan

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), As Natio Lasman, mengatakan setiap pelabuhan ekspor impor di Indonesia perlu dilengkapi alat diteksi radiasi nuklir atau radiation portal monitor.

"Alat deteksi radiasi nuklir juga penting dipasang di pelabuhan untuk mengantisipasi perdagangan gelap zat radioaktif maupun bahan nuklir," katanya di Medan, Senin (21/1).

Ia menyebutkan radiation portal monitor (RPM) merupakan peralatan yang mampu mendeteksi bahan nuklir dan zat radioaktif yang terdapat di dalam peti kemas. Kemampuan deteksi RPM sangat tinggi, sehingga sekecil apapun bahan nuklir di dalam peti kemas dapat terdeteksi.

Di Indonesia, menurut dia, hingga saat ini baru empat pelabuhan yang baru dilengkapi dengan RPM, masing-masing Pelabuhan Belawan Medan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Batam. "Tahun 2013 ini direncanakan ada tiga pelabuhan yang akan dipasang peralatan deteksi radiasi nuklir," tambahnya.

Tiga pelabuhan ekspor-impor itu yang akan dilengkapi RPM, masing-masing Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, dan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Seluruh RPM yang terpasang di pelabuhan tersebut terhubung langsung dengan kantor Bapeten di Jakarta, sehingga setiap data yang termonitor di layar RPM dapat dipantau secara real time.

Pemasangan RPM di tujuh pelabuhan tersebut merupakan hasil koordinasi antara IAEA dengan Kementerian Keuangan RI yang diinisiasi oleh Bapeten. Dalam rangka menambah jumlah sumber daya manusia (SDM) yang memahami bidang pengelolaan peralatan deteksi radiasi nuklir tersebut, pihaknya secara bertahap telah menggelar kegiatan pendidikan dan latihan di beberapa kota di Indonesia.

"Tujuan pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan kepada para peserta tentang teknik deteksi radiasi dan memberikan metode pelatihan tentang cara mentransfer pengetahuan yang mereka peroleh kepada rekan-rekan se-profesi mereka," ujar Natio.

Ia menyebutkan Indonesia hingga saat ini masih kekurangan SDM yang memiliki keahlian khusus di bidang teknis pengelolaan alat deteksi nuklir. Pada kesempatan itu, ia menambahkan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara pendiri dan anggota IAEA telah sepakat menggunakan nuklir hanya untuk maksud damai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement