REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya ada dua masalah yang dihadapi Jakarta. Banjir dan macet. Pengamat transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan masalah banjir hanya bisa diselesaikan dalam jangka panjang, sementara menurutnya macet bisa diatasi dalam jangka pendek.
"Jakarta berlebihan air ketika musim hujan, tapi tiap hari sudah kelebihan kendaraan bermotor pribadi. Jadi wajar saja kalau musim hujan pasti banjir dan setiap hari macet," ujar Djoko, saat dihubungi, Jumat (18/1).
Menurut dia, kemacetan lebih mudah diurai dari pada mengatasi banjir. Pasalnya, banjir sangat berhubungan dengan volume air yang masuk ke Jakarta. Hal ini tidak bisa dijegah. Sementara, ruang-ruang hijau yang berfungsi menahan air semakin berkurang.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi macet dan banjir yang berkelanjutan, Jakarta harus fokus untuk pengadaan transportasi umum, railway, dan saluran air (water way). Busway dan railway, kata dia berfungsi untuk memperlancar transportasi publik. Sementara waterway seperti saluran air, waduk berfungsi melancarkan aliran air.
Sebaliknya, Jakarta justru harus mengindari pembangunan menambah kapasitas jalan, seperti membangun ruas jalan baru, flyover/underpass, maupun tol dalam kota. Jakarta, kata dia harus memperbanyak armada angkutan umum baik mini bus maupun bus besar serta melakukan manajemen transportasi yang baik.
Anggota Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin, Ina Primiana, mengatakan Jakarta sudah terlalu penuh. Ia khawatir jika tidak diatasi segera, nantinya Jakarta bisa mengalami banjir yang lebih parah.
Pasalnya, pola urbanisasi selalu mendatangkan penduduk baru ke Jakarta. Hal ini akan berdampak kepada pembangunan bangunan-bangunan yang notabene mengurangi ruang penyerapan air. Ia mengatakan daerah luar Jawa harus dibangun untuk mengurangi beban Jakarta.