Jumat 18 Jan 2013 00:25 WIB

Kisah Banjir di Jakarta (I)

Rep: Teguh Setiawan / Red: M Irwan Ariefyanto
Banjir di kawasan Monas
Foto: arsipnasional
Banjir di kawasan Monas

REPUBLIKA.CO.ID,Di dinding Erasmus Huis, dalam pameran foto bertajuk “Mapping History”, masyarakat Jakarta disuguhkan situasi menarik tentang persoalan purba Ibu Kota: banjir. Memang hanya beberapa foto, tidak ada informasi, tapi semua itu mungkin telah cukup menggugah keingintahuan kita akan sejarah banjir di Jakarta.

Terlebih, Jakarta saat ini kemungkinan menghadapi siklus banjir lima tahunan. Semula, siklus banjir besar diduga terjadi antara Januari dan Februari 2012. Per kiraan itu tidak terbukti. Curah hujan yang mengguyur Jakarta saat itu relatif tidak terlalu besar.

Prediksi berikut menyebutkan siklus banjir besar akan terjadi antara Januari dan Februari 2013. Jakarta terakhir kali mengalami banjir besar dengan luas genang an mencapai 70 persen wilayah Ibu Kota, terjadi 2007.

Jika sejenak mundur ke belakang, banjir serupa juga terjadi pada 2002 dan 1997. Banjir 1997 menenggelamkan Kam pung Bulak Teko, Kelurahan Kapuk, Ja kar ta Barat, secara permanen. Kini, kam pung itu berubah nama menjadi Kampung Apung.

Banyak sejarawan mencatat banjir besar pernah melanda Batavia dan Omelanden, kawasan penyangganya, pada 1878. Hujan terus-menerus selama 40 hari mengakibatkan hampir seluruh kawasan Omelanden tergenang dan sistem kanal di Batavia dinilai gagal meminimalisasi banjir.

Sebelumnya, hampir setiap tahun Batavia dan kampung-kampung sekelilingnya tak luput dari banjir. Banjir pada 1872, misalnya, menggenangi Jalan Pintu Besar. Pada tahun yang sama, seperti diperlihatkan dalam foto koleksi KITLV, banjir juga menggenangi kawasan Glodok, melumpuhkan aktivitas niaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement