REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketua Tim Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau Abdul Madjid memprediksi pelaksanaan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Riau 2013 berpotensi meningkatkan peredaran uang palsu. "Pemilihan Gubernur patut diwaspadai meningkatnya peredaran uang Rupiah tidak asli," kata Abdul Madjid pada konfrensi pers di Kantor BI Perwakilan Riau di Pekanbaru, Kamis (17/1).
Menurut dia, pesta demokrasi seperti Pemilu kerap meningkatkan peredaran uang, seperti pada tahun Pemilu Presiden 2009 angka peredaran uang (outflow) naik hingga 10 persen. Jumlah itu diperkirakan masih jauh dari kenyataan di lapangan karena BI tidak bisa memastikan uang yang dibawa tim sukses dalam bentuk tunai dari daerah lain.
Dalam catatan BI, lanjutnya, penemuan uang palsu di Riau cenderung meningkat. Ia mengatakan, pada tahun lalu ada 353 lembar uang Rupiah tidak asli yang ditemukan, lebih tinggi dari 2011 yang mencapai 313 lembar. Laporan itu diterima BI dari pihak kepolisian dan perbankan.
"Nilainya juga meningkat menjadi Rp26,5 juta, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp14,2 juta," katanya.
Meski begitu, ia mengatakan BI tidak bisa menentukan modus penyebaran uang palsu karena hal itu merupakan kewenangan kepolisian. Biasanya, pihak BI hanya diminta tolong untuk memastikan temuan uang palsu yang kasusnya ditangani polisi.
"Dalam laporan polisi, penyebaran uang Rupiah tidak asli banyak beredar di daerah terpencil dan biasanya terjadi pada transaksi uang dalam jumlah besar," katanya.
Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu, BI telah melakukan koordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan. Selain itu, BI juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk bisa membedakan uang Rupiah asli dan palsu. "Pada tahun ini BI akan melakukan sosialisasi ke daerah terpencil di Kabupaten Indragiri Hilir," katanya.