REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peta kekuatan pasangan calon gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) usai debat terbuka digelar Kamis (10/1) kemarin. Namun menjelang pemungutan suara yang semakin dekat, belum terlihat pasangan calon yang mendominasi.
"Tiga-tiganya sama saja, visi dan programnya hampir sama. Basis massanya juga rata-rata sama," kata Aswanto, pengamat politik sekaligus Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, saat dihubungi Republika, Jumat (11/1).
Dari debat pasangan cagub, menurut Aswanto, ketiga kandidat menyampaikan visi dan program yang hampir serupa. Seperti ekonomi kerakyatan, masalah pendidikan, dan kesehatan.
Mereka, ujar Aswanto, juga secara simbolik dinilai tidak terlalu menonjol dan belum memiliki kekhasan. Sekalipun pasangan nomor urut tiga yang disebutnya mengadopsi kesuksesan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) saat Pemilukada DKI kemarin.
"Masyarakat Indonesia ini kan memang masyarakat simbolik. Tapi pasangan nomor tiga mungkin berusaha menyerap kesuksesan Jokowi, tapi tipe pemilihnya kan beda," ungkap Aswanto.
Lebih lanjut Aswanto mengatakan, nyatanya, masyarakat Sulsel dilanda keprihatinan karena timbul konflik hingga bentrokan yang dipicu oleh persoalan pendukung pasangan cagub. Konflik tersebut akhirnya merugikan masyarakat dan menimbulkan sikap apatis terhadap pasangan cagub.
Menurut Aswanto,, konflik yang muncul memperlihatkan kurangnya kontrol setiap pasangan cagub dalam mengendalikan pendukungnya. "Pendukung itu hanya ikut kata pemimpinnya, konflik ini sengaja dipicu oleh pasangan cagub," jelasnya.